Inovasi Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar

Inovasi Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka Belajar

Dr. Aceng Joyo, M. Pd. Guru dan Komite Pembelajar SMK Negeri 1 Seluma--

 

Kemerdekaan harus dipahami memiliki makna yang lebih luas dari pada hanya diartikan sebagi kebebasan. Kemerdekaan juga dapat diartikan sebagai adanya kemampuan untuk hidup melalui kekuatan sendiri menuju arah yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Artinya Merdeka Belajar tidaklah semata-mata diartikan sebagai kebebasan, tetapi dapat diartikan juga sebagai kemampuan seseorang, keberdayaannya agar mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik. Berbicara tentang pembelajaran yang “Merdeka”, seyogyanya kita juga tidak boleh melupakan model pembelajaran yang selama ini dijadikan sebagai pedoman para guru. Hanya saja, setiap guru harus mulai berani untuk melakukan inovasi serta perubahan dalam kultur pembelajaran.

 

Dalam hal ini ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan, antara lain:

 

1. Pendekatan pembelajaran, yakni titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Secara teori ada dua jenis pendekatan, yaitu student centered approach dan teacher centered approach. Dalam “Merdeka Belajar” ini seharusnya lebih menekankan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered). 2. Strategi pembelajaran, yakni kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini ada dua jenis strategi pula, yakni exposition-discovery learning dan group-individual learning; 3 Metode pembelajaran, yakni cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam “Merdeka Belajar”, mengutamakan metode diskusi, brainstorming, debat, simposium dan sejanisnya dibandingkan metode ceramah dan 4. Teknik dan Taktik Pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sementara taktik pembelajaran adalah gaya guru dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Sejalan dengan pendapat Shihab, ada 3 dimensi dalam “Merdeka Belajar”, yakni komitmen, mandiri, dan refleksi. Shihab (2017), komitmen guru dan peserta didik yang merdeka dalam belajar adalah ketekunannya dalam perjalanan menuju tujuan yang bermakna bagi diri sendiri. Komitmen terhadap tujuan dari pembelajaran ini seharusnya tidak sekadar untuk mencari nilai, melainkan yang lebih penting adalah untuk penguasaan (mastery). Sehingga kemampuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil pembelajaran benar-benar bersifat nyata, bukan sekadar di atas kertas. Proses pembelajaran tersebut harus dilakukan dengan semangat kemandirian. Di akhir pembelajaran, setiap guru dan murid juga harus melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang dilalui untuk dapat di evaluasi.

Gagasan Merdeka Belajar sejatinya merupakan pembelajaran yang memberikan ruang kebabasan terhadap independensi dalam belajar, bersifat kontekstual dan dijalankan secara inovatif. Pembelajaran yang “Merdeka” juga diharapkan harus bersifat kontekstual. Dalam literatur pembelajaran dikenal  konsep yang disebut dengan pengajaran dan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL). CTL merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri.

Dalam perkembangannya, CTL memberi titik tekan pada cara berpikir tingkat tinggi (high order thinking – HOT), transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan, pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan perspektif. Menurut Blanchard (2001), strategi CTL dapat membantu memenuhi kebutuhan masing-masing siswa yang berbeda, meliputi: 1. Menekankan pada pemecahan masalah; 2. Menyadari perlunya pembelajaran dalam berbagai konteks; 3 Mengajarkan siswa untuk memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri; 4 Mengajar sesuai dengan keragaman konteks kehidupan siswa dan 5. Mendorong siswa untuk belajar dari satu sama lain dan bersama-sama

 

Menggunakan penilaian otentik.

Peran guru dalam proses pembelajaran harus mampu mengondisikan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta di tuntut berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (djl/krn)

 

 

Sumber: