Hidup Petani Sawit Semakin Sulit
sawit--
BAKAL DALAM – Walau beberapa kebijakan diterapkan pemerintah, soal ekpors sawit, namun harga sawit tidak kunjung membalik. Saat ini dibeberapa daerah dan jauh dari Kota, harga TBS sawit masih di bawah 800/kg. Jelas harga ini sangat menjepit petani sawit, yang membutuhkan kehidupan layak. Pasalnya, dengan harga 800/kg, masih dikurangi dengan upah panen sawit antara 200-250/kg. Belum lagi upah angkut antara 150-200 per kilonya. Sementara harga kebutuhan untuk memelihara sawit dan kebutuhan hidup saaat ini sangat mahal.
Dikatakan salah satu petani sawit di Talo Gunawan (36), yang memiliki lahan sawit hanya 2 Ha, dengan harga 800/kg, maka dia tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk memelihara sawit. ‘’Saya lebih utamakan kebutuhan dapur dan sekolah anak-anak. Jadi untuk pemeliharaan sawit seperti memupuk, saya hentikan dulu. Itupun, sebenarnya tidak cukup,’’jelasnya.
Dijelaskan Gunawan, dia memiliki anak 2 orang umur 1 tahun dan umur 7 tahun. ‘’Anak saya 2 orang umur 7 tahun dan umur 1 tahun. Umur 7 tahun ini baru masuk. Beli kebutuhan sekolahnya sangat banyak. Baik itu baju sekolah, baju olahraga dan lainnya. Selain itu anak saya yang kecil masih membutuhkan susu,’’jelasnya.
Sementara dia hanya punya 2 ha lahan sawit yang biasanya sekali panen 1-1,2 ton. ‘’Uangnya hanya 800 ribu-1 juta. Itupun saya yang harus panen dan bawa langsung ke tokeh. Kalau minta bantuan atau ngupah orang, maka uang tinggal 600 ribu. Inilah yang saya gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sementara kebutuhan sangat banyak. Baik kebutuhan sekolah anak, kebutuhan makan, bayar listrik dan lainnya. Semakin susah saja memang hidup ini,’’jelasnya.
Senada dengan itu, Riki Saputra saat diwawancara Radar Seluma di tempat kerjanya di Desa Bakal Dalam Kecamatan Talo Kecil mengaku saat ini kehidupan masyarakat semakin sulit dampak penjualan hasil pertanian sangat murah yang tak seimbang dengan harga bahan pokok. Seperti pada saat ini harga buah tandan sawit per kilogram sebesar 800 rupiah kotor belum upah panen, upah lansir, ongkos objek, biaya pupuk yang melangit, belum lagi biaya pemeliharan kebun sehingga petani mengeluh dengan harga sawit tak kunjung normal membuat hidup semakin sukit.
"Dari harga 800 rupiah per kilogram sawit pemilik sawit hanya menerima 500 rupiah per kilogramnya karena yang 300 rupiah tersebut upah lansir dan panen, serta objek belum lagi biaya pupuk dan kebutuhan lainya. Saat ini utang (kredit) saya macet, nunggak. Karena faktor ekonomi dan harga penjualan masyarakat tidak sesuai,’’jelasnya.
Disampaikan Riki kondisi sekarang ini cukup parah semua petani mengeluh tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan harga sawit turun dampak kepada masyarakat sehingga pinjam bank maupun kredit macet.
‘’Saya sendiri mendahulukan kebutuhan kelurga yang digunakan setiap harinya, kalau soal cicilan bank maupun kredit nantilah yang kebutuhan rumah diutamakan dulu,’’jelasnya.
Dikatakan Riki, jika harga TBS sawit di masyarakat saja 1,500 itu cukup stabil untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat.
‘’Memang beberapa waktu lalu harga TBS buah sawit sempat 400 rupiah di masyarakat, kemudian kembali naik akan tetapi sampai sekarang harga sawit pun masih taetap 800,’’bebernya. (apr)
Sumber: