PT AIP dan PT BSL Masih Tetap Membeli TBS
radarselumaonline.com PEMATANG AUR - Pemerintah daerah Kabupaten Seluma melalui Sekretaris Daerah (Sekda) H Hadianto, SE, MM, M.Si didampingi oleh Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Almidian Saleh, SKM, Plt Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan koperasi UMKM Gun Ibrori, S.Pd serta kepala Dinas Pertanian Kabupaten Seluma Ariyan Sosial, belum lama ini memantau dan melakukan hearing ke pabrik CPO yang ada di Kabupaten Seluma yaitu di PT Agroindo Indah Persada (AIP) III di Desa Tumbuan, Kecamatan Lubuk Sandi, kemudian di PT BSL di Desa Air Teras, Kecamatan Talo. Hasil dari pantuan pemerintah daerah per tanggal 14 Mei lalu pabrik CPO masih tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pabrik CPO masih tetap menerima atau membeli Tandan Buah Segar (TBS) dari pemegang Delivery Order (DO). Kemudian untuk harga TBS Kelapa Sawit juga terbilang normal yaitu Rp2.080 per Kilogram. Kunjungan atau pantauan ke pabrik CPO ini merupakan tindak lanjut atas instruksi Bupati Seluma Erwin Octavian, SE untuk memantau aktivitas pabrik CPO sehubungan dengan keluhan masyarakat terkait dengan pabrik yang sudah tutup dan tidak menerima TBS lagi. \"Kondisi atau aktivitas di pabrik tetap berjalan normal, tetap buka dan melayani konsumen seperti biasa. Harga TBS per Kilogram Rp2.080,\" kata Sekda, kemarin. Hasil dari pantauan Radar Seluma di lapangan untuk saat ini masih banyak tengkulak ataupun ramp yang berhenti untuk membeli TBS dari petani. Langkah tersebut ditempuh lantaran di saat ini hanya ada dua pabrik CPO saja yang masih tetap buka. Itupun antreannya sudah sangat panjang. Dan mereka khawatir apabila dalam waktu yang lama antre maka TBS yang dibawa akan busuk. Tidak hanya itu, setelah tengkulak memutuskan untuk tutup atau berhenti membeli TBS kelapa sawit. Harga di tingkat petani terjun bebas. Bahkan ada petani yang meminta agar TBS kelapa sawit hasil panennya cukup dibayar Rp1.000 per Kilogram. \"Kita kini tidak berbicara harga lagi. Namun kami bingung mau dibawa ke mana TBS yang kami beli dari petani itu. Kalau dikatakan merugi jelas merugi. Namun setidaknya apabila ada pabrik yang siap menampung kami tidak begitu rugi,\" sambung Sukman salah satu toke sawit.(adt)
Sumber: