Restitusi Sebagai Upaya Budaya Positif Mewujudkan Merdeka Belajar

Restitusi Sebagai Upaya Budaya Positif Mewujudkan Merdeka Belajar

 Mengapa budaya positif itu penting dalam proses merdeka belajar ? Dalam melakukan perubahan diperlukan sebuah budaya positif. Budaya positif merupakan sebuah upaya untuk menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Dalam budaya positif erat kaitannya dengan disiplin positif.

 Apa itu disiplin positif ? selama ini kita menganggap bahwa disiplin adalah sebuah ketaatan atau kepatuhan terhadapa aturan dan cara. Mari kita lihat dari perspektif yang lebih luas. Sebuah disiplin positif lebih menerapkan kepada motivasi intrinsik atau kesadaran dari dalam diri siswa untuk melakukan sebuah perbaikan. Peran guru sangat penting di sini. Untuk mewujudkan disiplin tersebut guru memerlukan sebuah kepercayaan bahwa murid bisa berkembang dan bertumbuh kearah yang positif. Jika guru memercayai hal ini niscaya sebuah jalan yang akan dilakukan untuk mendidik siswa lebih mengedepankan sisi humanis dari pada ketaatan sesaat saja. 

 Dari contoh kedua kasus di atas dapat kita tarik kesimpulan. Yang pertama guru menerapkan pola hukuman. Pola ini bisa membuat siswa disiplin tetapi disiplin yang terbentuk adalah disiplin sesaat saja. Bahkan dengan penerapan pola hukuman ini bisa berdampak negatif kepada siswa. Contohnya siswa merasa tidak terima dan menjadi dendam jika guru menerapkan pola ini berulang kali dan berlebihan. Berbeda dengan kasus yang kedua. Pada pola ini guru menerapkan restitusi dengan pola manajerial. Pola manajerial adalah guru menerapkan disiplin dengan cara mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya tentu saja dengan bimbingan guru. Di sini guru menuntun siswa untuk menggali lebih dalam keyakinan yang dimilikinya. Keyakinan apa yang ada dalam diri siswa sehingga siswa mampu memahami apa yang telah dilakukan dan solusi apa yang dia ambil untuk memecahkan masalah. Siswa akan mengevaluasi dirinya sendiri bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. 

 Tentu saja dalam menerapkan menerapkan disiplin positif tidak bisa instant. Diperlukan kesabaran dan kontinyuitas dalam menerapkannya. Kesabaran dan ketaletanan apalagi jika dihadapkan pada budaya yang berbeda-beda di sekolah. Guru harus mampu menelaah dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Dengan demikian restitusi bisa menjadi pilihan untuk mewujudkan disiplin positif yang merupakan akar dari budaya positif itu sendiri. Untuk mengembangkan budaya positif diperlukan disiplin positif. Untuk mewujudkan itu guru harus mampu menerapkannya demi menciptakan suasana belajar yang nyaman dan memiliki pengaruh positif agar siswa mampu mengaktualisasi dirinya demi menjadi insan pelajar yang dicita-citakan dalam merdeka belajar.(apr)

Sumber: