Auman di Batas Senja, Kisah Puyang dan Anak Cucu yang Lupa Diri
Ilustrasi dongeng--
Pintu itu akan terbuka, cepat atau lambat. Bukan kami yang membukanya, tetapi kelaparan yang didorong oleh keserakahan kami.
Dan saat Puyang melangkah masuk, ia tidak lagi melihat anak cucu yang dihormati, melainkan santapan terakhir yang tersisa dari rumahnya yang hancur.
Itulah janji Leluhur yang tak pernah ingkar. Kami boleh serakah, kami boleh lupa, tetapi Puyang akan selalu menuntut haknya atas tanah yang kalian rampas.
Pesan ini bukan dongeng. Ini adalah peringatan yang berlumuran lumpur tambang. Apakah Anda melihat bahaya yang menghantui Seluma—bahaya yang bukan hanya berupa banjir dan racun, tetapi juga kehilangan jiwa dan pengorbanan anak cucu yang tak bersalah?
Sumber: