Rasulullah SAW: Teladan Mulia dalam Membantu Pekerjaan Rumah Tangga

Rasulullah SAW: Teladan Mulia dalam Membantu Pekerjaan Rumah Tangga

Radarseluma.disway.id - Rasulullah SAW: Teladan Mulia dalam Membantu Pekerjaan Rumah Tangga--

Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam kehidupan rumah tangga, banyak orang beranggapan bahwa urusan rumah adalah tanggung jawab istri semata. Namun, Islam memberikan pandangan yang jauh lebih adil, lembut, dan penuh kasih. Rasulullah SAW, manusia paling mulia di muka bumi, bukan hanya menjadi pemimpin umat, tetapi juga teladan terbaik dalam kehidupan rumah tangga. Salah satu bentuk keteladanan beliau yang jarang disorot adalah kebiasaan membantu pekerjaan rumah tangga suatu hal yang menunjukkan kerendahan hati, cinta, dan penghargaan beliau terhadap istri-istrinya.

Kebiasaan Rasulullah SAW ini menjadi bukti nyata bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip saling membantu dan kerja sama dalam rumah tangga. Rasulullah SAW tidak pernah merasa rendah dengan membantu pekerjaan domestik, justru beliau menjadikan itu sebagai bagian dari akhlak mulia dan kasih sayang terhadap keluarganya.

Kebersahajaan Rasulullah SAW di Rumah

Rasulullah SAW hidup sederhana, jauh dari kemewahan. Beliau tidak memiliki pembantu yang banyak, bahkan sering kali melakukan pekerjaan rumah sendiri. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Aswad bin Yazid, disebutkan bahwa beliau bertanya kepada Aisyah RA tentang apa yang dilakukan Rasulullah SAW di rumah.

Hadis tersebut berbunyi:

عَنْ الأَسْوَدِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ؟ قَالَتْ: كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، يَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ. (رواه البخاري)

Artinya:
Dari Al-Aswad berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah RA, apa yang dilakukan Nabi SAW di rumah?” Aisyah menjawab, “Beliau biasa membantu pekerjaan keluarganya. Namun jika waktu salat tiba, beliau segera keluar untuk salat.”
(HR. Bukhari)

Hadis ini menggambarkan bahwa Rasulullah SAW tidak segan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menambal pakaian, memerah susu, atau memperbaiki sandal beliau sendiri. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau juga membantu menggiling gandum, menjahit pakaiannya, dan memerah susu kambingnya sendiri.

Sikap seperti ini menunjukkan bahwa kemuliaan seseorang tidak diukur dari pekerjaan fisiknya, tetapi dari keikhlasan dan ketulusan dalam melakukannya.

BACA JUGA:Rasulullah SAW: Teladan Suami yang Penuh Romantika, Kasih, dan Perhatian Tanpa Batas

Dalil Al-Qur’an tentang Saling Membantu dalam Rumah Tangga

Prinsip saling membantu dalam keluarga juga ditegaskan oleh Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Artinya: “Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) dengan cara yang baik.” (QS. An-Nisa: 19)

Ayat ini memerintahkan agar suami memperlakukan istri dengan cara yang terbaik penuh kelembutan, penghargaan, dan kasih sayang. Membantu urusan rumah tangga termasuk dalam bentuk “mu‘āsyarah bil ma‘rūf” (bergaul dengan cara yang baik). Rasulullah SAW adalah contoh sempurna dari ayat ini, karena beliau memperlakukan istrinya dengan penuh kelembutan dan tidak pernah meninggikan diri di hadapan mereka.

Rasulullah SAW: Pemimpin yang Rendah Hati

Dalam pandangan masyarakat Arab saat itu, pekerjaan rumah dianggap tugas kaum wanita. Namun Rasulullah SAW menghancurkan anggapan itu dengan keteladanan beliau sendiri. Beliau, seorang pemimpin negara, panglima perang, dan nabi utusan Allah, tetap mau menundukkan diri untuk membantu urusan rumah.

Hal ini menjadi bukti nyata bahwa Islam tidak mengenal kesombongan dalam urusan rumah tangga. Rasulullah SAW menjadikan rumahnya sebagai tempat ibadah, cinta, dan tolong-menolong, bukan tempat perintah sepihak.

Aisyah RA pernah menggambarkan kepribadian beliau dengan berkata:

"كَانَ بَشَرًا مِنَ البَشَرِ، يَفْلِي ثَوْبَهُ، وَيَحْلُبُ شَاتَهُ، وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ"

Artinya: “Beliau adalah manusia seperti manusia lainnya. Beliau menambal pakaiannya, memerah susunya, dan melayani dirinya sendiri.” (HR. Ahmad)

Dari sini tampak bahwa Rasulullah SAW bukan hanya mengajarkan kebaikan melalui lisan, tetapi mencontohkannya secara nyata.

BACA JUGA:Keteladanan Rasulullah SAW dalam Menanamkan Nilai Amanah: Cermin Keimanan dan Tanggung Jawab Sejati

Makna dan Hikmah dari Keteladanan Ini

Tindakan Rasulullah SAW membantu pekerjaan rumah tangga bukan sekadar rutinitas, tetapi memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam. Beberapa hikmah yang dapat diambil antara lain:

1. Mendidik jiwa rendah hati.

Membantu istri atau keluarga di rumah menumbuhkan rasa tawadhu’ dan menjauhkan diri dari kesombongan.

2. Meningkatkan keharmonisan keluarga.

Ketika suami ikut berperan dalam pekerjaan rumah, istri akan merasa dihargai dan dicintai. Ini mempererat ikatan emosional.

3. Menumbuhkan teladan bagi anak-anak.

Anak-anak yang melihat ayahnya membantu pekerjaan rumah akan tumbuh dengan nilai empati dan tanggung jawab yang kuat.

4. Menjalankan sunnah Rasulullah SAW.

Membantu keluarga merupakan bagian dari mengikuti sunnah beliau yang dijanjikan pahala besar.

Kisah Rasulullah SAW dalam membantu pekerjaan rumah tangga menjadi cermin kesempurnaan akhlak beliau. Meskipun beliau seorang pemimpin dan Nabi, beliau tidak pernah menolak melakukan pekerjaan rumah. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan bukan pada status sosial, tetapi pada akhlak dan ketulusan.

Dengan meneladani Rasulullah SAW, setiap suami diajak untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, kasih sayang, dan kebersamaan di rumah. Sementara bagi istri, kisah ini menjadi penguat bahwa Islam menempatkan perempuan pada posisi yang terhormat dan tidak dibebani secara sepihak.

Saran Membangun untuk Pembaca

Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita menjadikan kisah ini sebagai inspirasi nyata dalam kehidupan rumah tangga.

• Untuk para suami, bantulah istri tanpa merasa rendah diri. Sekecil apa pun bantuan, seperti mencuci piring, menyapu, atau menenangkan anak, akan sangat berarti.

• Untuk para istri, hargailah usaha dan perhatian suami dalam membantu urusan rumah tangga. Jadikan kerja sama ini sebagai bentuk ibadah bersama.

• Untuk generasi muda, tanamkan bahwa membantu keluarga bukan tanda lemah, melainkan tanda kekuatan akhlak.

Rasulullah SAW telah menunjukkan bahwa cinta sejati tidak diukur dari kata-kata, tetapi dari tindakan nyata. Maka, marilah kita jadikan rumah tangga sebagai tempat berlomba dalam kebaikan dan kasih sayang, sebagaimana dicontohkan oleh insan termulia, Nabi Muhammad SAW. (djl)

Sumber:

Berita Terkait