Kisah Rasulullah SAW dan Anak Yatim: Sentuhan Kasih yang Menggetarkan Hati Umat
Rabu 08-10-2025,11:00 WIB
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan
Radarseluma.disway.id - Kisah Rasulullah SAW dan Anak Yatim: Sentuhan Kasih yang Menggetarkan Hati Umat--
Reporter: Juli Irawan Reporter
Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah panjang kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, tidak ada sisi kehidupan beliau yang luput dari nilai kasih sayang, keikhlasan, dan kemanusiaan yang mendalam. Salah satu kisah paling menyentuh dan menggetarkan hati umat Islam adalah bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan anak-anak yatim dengan penuh kasih, kelembutan, dan perhatian.
Sejak kecil, Rasulullah SAW sendiri telah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang yatim. Beliau kehilangan ayah, Abdullah bin Abdul Muthalib, ketika masih dalam kandungan, dan ibunya, Aminah binti Wahab, wafat ketika beliau berusia enam tahun. Sejak saat itu, beliau tumbuh dalam asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, kemudian pamannya, Abu Thalib.
Pengalaman hidup yang pahit ini menjadikan Rasulullah SAW sosok yang sangat peka terhadap penderitaan anak yatim. Hatinya yang lembut selalu tergerak untuk membimbing, mengasihi, dan memuliakan mereka. Kisah-kisah beliau bersama anak yatim menjadi teladan abadi tentang cinta tanpa pamrih dan tanggung jawab sosial yang luhur dalam Islam.
Kisah Rasulullah SAW dan Anak Yatim: Kasih yang Tak Pernah Padam
Suatu ketika, dalam sebuah riwayat, diceritakan bahwa ada seorang anak yatim datang kepada Rasulullah SAW mengadukan bahwa pohon kurma miliknya ditebang oleh seorang sahabat karena dianggap tumbuh di tanah milik orang lain. Rasulullah SAW kemudian memanggil sahabat tersebut dan memohon agar ia mengembalikan pohon kurma itu kepada si yatim, bahkan menawarkan pohon kurma di surga sebagai ganti. Namun, sahabat itu menolak.
Ketika seorang sahabat lain mendengar hal itu, ia segera membeli pohon kurma tersebut dengan harga mahal, lalu memberikannya kepada anak yatim itu. Rasulullah SAW tersenyum bahagia dan bersabda:
“Banyak pohon kurma di surga yang penuh dengan buah, dan pohon itu akan diberikan kepadamu (wahai sahabat yang menolong anak yatim).” (HR. Muslim)
Kisah ini menggambarkan betapa Rasulullah SAW menempatkan anak yatim dalam posisi mulia dan menjadikan bantuan terhadap mereka sebagai jalan menuju surga. Bagi beliau, menyentuh hati anak yatim dengan kasih sayang bukan hanya tindakan sosial, melainkan bentuk ibadah yang tinggi nilainya di sisi Allah SWT.
Dalil Al-Qur’an tentang Memuliakan Anak Yatim
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
Artinya: “Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.” (QS. Ad-Dhuha: 9)
Ayat ini turun sebagai bentuk penghiburan kepada Rasulullah SAW yang juga seorang yatim, sekaligus peringatan keras bagi umat Islam agar tidak merendahkan atau menelantarkan anak yatim. Allah SWT bahkan mengaitkan sikap terhadap anak yatim dengan bukti keimanan seseorang.
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
كَلَّا بَل لَّا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
Artinya: “Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim.” (QS. Al-Fajr: 17)
Ayat ini menjadi teguran bagi orang-orang yang lalai dalam memberi kasih dan perlindungan kepada anak yatim. Islam menegaskan bahwa ukuran kebaikan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritual, tetapi juga dari bagaimana ia memperlakukan sesama, khususnya anak-anak yatim yang lemah dan membutuhkan perhatian.
Hadits Rasulullah SAW tentang Keutamaan Menyayangi Anak Yatim
Rasulullah SAW bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا
Artinya: “Aku dan orang yang mengasuh anak yatim akan berada di surga seperti ini,” (sambil beliau mengisyaratkan dengan dua jarinya – jari telunjuk dan jari tengah). (HR. Al-Bukhari)
Hadits ini menunjukkan betapa besar kedudukan orang yang menyantuni anak yatim di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW menggambarkan kedekatan mereka di surga hanya dipisahkan sejengkal, menandakan kemuliaan yang luar biasa bagi mereka yang peduli terhadap anak yatim.
Rasulullah SAW juga bersabda:
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ يَدُهُ عَلَيْهَا حَسَنَةٌ
Artinya: “Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap helai rambut yang disentuh tangannya akan menjadi satu kebaikan baginya.”
(HR. Ahmad)
Hadits ini memperlihatkan bahwa sekecil apa pun kebaikan yang dilakukan untuk anak yatim bahkan sekadar belaian lembut di kepala mereka akan mendapat ganjaran yang besar di sisi Allah SWT.
Makna Spiritual dan Sosial dari Kasih Rasulullah kepada Anak Yatim
Kasih Rasulullah SAW kepada anak yatim tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam. Dalam Islam, anak yatim bukanlah simbol kelemahan, melainkan ujian bagi masyarakat sekitar apakah mereka akan peduli atau justru acuh terhadap sesama.
Rasulullah SAW membangun masyarakat Madinah dengan fondasi keadilan sosial dan kepedulian terhadap kaum lemah, termasuk anak yatim. Dalam banyak kesempatan, beliau menegaskan bahwa menyantuni anak yatim adalah bentuk nyata keimanan dan akhlak mulia.
Dalam konteks modern, semangat ini harus terus hidup di hati umat Islam. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tua akibat bencana, kemiskinan, atau konflik. Mereka bukan sekadar penerima bantuan, tetapi generasi penerus yang harus diberdayakan dengan kasih sayang, pendidikan, dan perhatian.
Keteladanan Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam keseharian, Rasulullah SAW tidak pernah membiarkan anak yatim merasa terpinggirkan. Beliau sering duduk bersama mereka, berbicara dengan lembut, dan memberikan hadiah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melihat seorang anak yatim menangis di jalanan karena tidak memiliki pakaian baru di hari raya. Beliau kemudian membawa anak itu ke rumah, memberinya pakaian, makanan, dan memeluknya dengan kasih. Anak yatim itu pun tersenyum bahagia.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mengembirakan hati anak yatim, maka Allah akan mengembirakan hatinya pada hari kiamat.” (HR. Thabrani)
Kisah-kisah semacam ini menunjukkan bahwa kasih Rasulullah SAW bukan sekadar kata-kata, melainkan tindakan nyata. Beliau mengajarkan bahwa menyentuh hati anak yatim adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kisah Rasulullah SAW bersama anak yatim adalah potret cinta, kelembutan, dan kemanusiaan yang sejati. Beliau menunjukkan bahwa Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia, terutama mereka yang lemah dan membutuhkan perhatian.
Rasulullah SAW tidak hanya berbicara tentang kasih sayang, tetapi juga mencontohkannya dalam tindakan. Beliau menjadikan anak yatim sebagai bagian dari keluarganya, memberikan kasih dan perlindungan sebagaimana orang tua sejati.
Di zaman modern ini, semangat Rasulullah SAW dalam memuliakan anak yatim harus menjadi inspirasi bagi setiap umat Islam. Memuliakan anak yatim berarti membangun peradaban yang berlandaskan kasih sayang dan empati.
Mari kita jadikan sabda Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup:
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim akan bersama di surga seperti ini.”
(HR. Bukhari)
Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang beruntung tersebut, yang di dunia menebar kasih kepada anak yatim, dan di akhirat kelak duduk di sisi Rasulullah SAW di Surga. (djl)
Sumber: