Kisah Rasulullah SAW Menghadapi Rasa Lapar dan Kekurangan: Teladan Kesabaran dan Tawakal Sejati
Selasa 07-10-2025,15:00 WIB
Reporter:
juliirawan|
Editor:
juliirawan
Radarseluma.diswsy.id - Kisah Rasulullah SAW Menghadapi Rasa Lapar dan Kekurangan: Teladan Kesabaran dan Tawakal Sejati--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Dalam kehidupan dunia yang fana ini, manusia sering kali diuji dengan berbagai bentuk kesulitan, termasuk rasa lapar, kekurangan, dan penderitaan. Namun, di balik semua itu terdapat hikmah yang mendalam bagi mereka yang mau merenung. Rasulullah Muhammad SAW, manusia paling mulia di muka bumi, bukan hanya seorang pemimpin agung, tetapi juga contoh terbaik dalam menghadapi segala ujian kehidupan, termasuk saat beliau merasakan lapar dan kekurangan dalam perjuangan menegakkan Agama Allah.
Kisah kehidupan Rasulullah SAW penuh dengan teladan kesabaran, keteguhan hati, dan keyakinan kepada Allah SWT. Beliau tidak hanya mengajarkan umatnya tentang keimanan dan ketaatan, tetapi juga menunjukkan bagaimana menghadapi ujian duniawi dengan penuh tawakal. Dalam kondisi lapar, beliau tetap bersyukur. Dalam kekurangan, beliau tetap bersabar. Dan dalam setiap kesulitan, beliau selalu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW dan Ujian Lapar di Awal Dakwah
Sejak awal perjuangannya menyebarkan risalah Islam di Makkah, Rasulullah SAW telah merasakan beratnya perjuangan hidup. Beliau tidak hidup bergelimang harta, meskipun memiliki kesempatan untuk itu. Rasulullah SAW memilih hidup sederhana, bahkan seringkali menahan lapar demi dakwah dan perjuangan Islam.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengikatkan batu pada perutnya karena lapar yang begitu dahsyat. Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَوْمًا أَوْ لَيْلَةً، فَإِذَا هُوَ بِأَبِي هُرَيْرَةَ، فَقَالَ: "مَا أَخْرَجَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟" قَالَ: الْجُوعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "وَأَنَا، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَخْرَجَنِي إِلَّا الَّذِي أَخْرَجَكَ"
Artinya:
“Suatu hari Rasulullah SAW keluar (dari rumahnya) pada siang atau malam hari, tiba-tiba beliau bertemu Abu Hurairah. Rasulullah bersabda, ‘Apa yang membuatmu keluar wahai Abu Hurairah?’ Ia menjawab, ‘Lapar, wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda, ‘Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku pun keluar karena alasan yang sama denganmu (yaitu lapar).’”(HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa bahkan Nabi yang mulia pun tidak luput dari rasa lapar. Namun beliau tidak mengeluh, tidak berputus asa, dan tetap menebar kasih sayang serta sabar dalam menghadapi ujian tersebut.
Kesabaran Rasulullah SAW di Tengah Kekurangan
Kehidupan Rasulullah SAW jauh dari kemewahan. Dalam rumah tangganya bersama Sayyidah Aisyah RA, sering kali tidak ada makanan yang bisa dimasak selama berhari-hari. Aisyah RA pernah berkata:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ الْبُرِّ ثَلَاثَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ
Artinya:
“Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dari roti gandum selama tiga malam berturut-turut sejak beliau tiba di Madinah hingga beliau wafat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menggambarkan betapa sederhananya kehidupan Rasulullah SAW. Meski beliau adalah pemimpin umat dan kekasih Allah, beliau tetap hidup dengan penuh kesabaran dan kesederhanaan. Tidak ada keluhan yang keluar dari lisannya, bahkan beliau selalu bersyukur atas setiap nikmat sekecil apa pun.
Al-Qur’an Menegaskan Ujian Lapar sebagai Bagian dari Kehidupan
Allah SWT menjelaskan bahwa rasa lapar dan kekurangan merupakan ujian bagi orang beriman agar mereka lebih dekat kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ
Artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menegaskan bahwa ujian berupa lapar dan kekurangan bukanlah tanda kehinaan, melainkan ujian keimanan. Rasulullah SAW adalah teladan dalam hal ini. Beliau menghadapi semua ujian tersebut dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa Allah SWT selalu bersamanya.
Keteguhan Hati Rasulullah SAW di Tengah Penderitaan
Kisah perjuangan Rasulullah SAW di medan perang juga memperlihatkan keteguhan beliau dalam menghadapi rasa lapar. Dalam Perang Khandaq, para sahabat menggali parit di tengah kelaparan yang amat berat. Rasulullah SAW ikut menggali bersama mereka, dan ketika perutnya diikat batu karena lapar, para sahabat mencontohnya dengan semangat.
Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata:
"Kami menggali parit pada Perang Khandaq, lalu kami menemukan sebuah batu besar yang tidak bisa dipecahkan. Maka kami datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: ‘Batu ini sangat keras.’ Rasulullah SAW pun datang, beliau mengikat perutnya dengan batu karena lapar, lalu beliau memukul batu itu hingga pecah.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
Kisah ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW bukan hanya memberi perintah dari jauh, tetapi turut merasakan penderitaan umatnya secara langsung. Beliau tidak menjadikan lapar sebagai penghalang perjuangan, melainkan sebagai ladang pahala dan sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Makna Hikmah dan Keteladanan
Dari kisah-kisah tersebut, kita dapat memetik beberapa pelajaran berharga:
1. Kesabaran adalah kunci keimanan.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa setiap ujian harus dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Lapar bukan aib, melainkan tanda kasih Allah kepada hamba yang ingin ditinggikan derajatnya.
2. Tawakal kepada Allah dalam segala keadaan.
Dalam keadaan sempit maupun lapang, Rasulullah SAW selalu menggantungkan harapan hanya kepada Allah SWT.
3. Kesederhanaan adalah kemuliaan.
Beliau tidak pernah menimbun harta, padahal bisa saja hidup bergelimang emas. Namun beliau memilih hidup sederhana demi mendapatkan ridha Allah SWT.
4. Syukur dalam kekurangan.
Rasulullah SAW selalu bersyukur meski hanya memiliki sedikit makanan. Hal ini mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan diukur dari banyaknya harta, tetapi dari ketenangan hati yang selalu bersyukur.
Kisah Rasulullah SAW dalam menghadapi rasa lapar dan kekurangan adalah cerminan sejati dari kesabaran, keimanan, dan tawakal. Beliau mengajarkan kepada umatnya bahwa kesulitan hidup bukanlah alasan untuk berputus asa. Justru dalam kesempitan itulah Allah SWT menyiapkan kemuliaan dan kedekatan dengan-Nya.
Melalui kisah ini, kita diingatkan agar tidak mudah mengeluh ketika diuji dengan kekurangan. Sebaliknya, hendaklah kita bersabar, berusaha, dan bersyukur sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkan. Karena setiap lapar yang ditahan dengan sabar, setiap kesulitan yang dihadapi dengan tawakal, akan diganti oleh Allah dengan pahala yang tak terhingga.
Hidup bukanlah tentang memiliki segalanya, tetapi bagaimana kita mensyukuri setiap hal yang Allah beri. Rasulullah SAW telah menapaki jalan penuh ujian, namun beliau tetap menjadi manusia paling bahagia karena hatinya selalu terpaut pada Allah. Semoga kita mampu meneladani kesabaran dan keikhlasan beliau dalam menghadapi setiap ujian hidup, termasuk rasa lapar dan kekurangan.
Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا • فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا
Artinya:
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5–6) (djl)
Sumber: