Rasulullah SAW Mengajarkan Makna Syukur di Tengah Kekurangan: Teladan Kesabaran, Keimanan yg Menggetarkan hati

Rasulullah SAW Mengajarkan Makna Syukur di Tengah Kekurangan: Teladan Kesabaran, Keimanan yg Menggetarkan hati

Radarseluma.disway.id - Rasulullah SAW Mengajarkan Makna Syukur di Tengah Kekurangan: Teladan Kesabaran dan Keimanan yang Menggetarkan Hati--

Reporter: Juli Irawan 
Radarseluma.disway.id - Dalam kehidupan manusia, tidak ada yang luput dari ujian dan kekurangan. Ada masa di mana rezeki terasa sempit, tubuh diuji dengan sakit, atau hati diguncang oleh kesedihan. Namun, di balik semua itu, Islam mengajarkan satu sikap mulia yang menjadi kunci ketenangan dan keberkahan hidup syukur. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam menanamkan makna syukur, bahkan ketika beliau berada dalam kondisi yang sangat kekurangan.
 
Beliau tidak hanya mengajarkan syukur dalam kata, tetapi juga dalam sikap dan perbuatan nyata. Rasulullah SAW hidup dengan penuh kesederhanaan; rumah beliau sederhana, perabotan seadanya, makanan terbatas, namun hatinya selalu dipenuhi rasa syukur kepada Allah SWT.
 
Kisah dan keteladanan beliau menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam untuk tetap bersyukur di setiap keadaan, karena sesungguhnya, dalam syukur terdapat ketenangan, keberkahan, dan pintu rezeki yang luas.
 
Makna Syukur dalam Pandangan Islam
 
Syukur secara bahasa berasal dari kata شَكَرَ (syakara) yang berarti “mengakui dan memuji atas nikmat yang diterima”. Secara istilah, syukur berarti mengakui nikmat Allah SWT dengan hati, lisan, dan perbuatan — menggunakan nikmat tersebut sesuai kehendak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
 
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
 
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 7)
 
Ayat ini menegaskan bahwa syukur bukan hanya sikap spiritual, tetapi juga sebab turunnya tambahan nikmat. Syukur adalah kunci pembuka pintu rezeki dan ketenangan batin.
 
 
Teladan Rasulullah SAW dalam Syukur Meski Hidup Sederhana
 
Rasulullah SAW hidup jauh dari kemewahan. Beliau sering kali berhari-hari tanpa menyalakan api di rumahnya karena tidak ada makanan yang bisa dimasak. Aisyah RA pernah menceritakan:
 
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلاَلِ ثُمَّ الْهِلاَلِ ثَلاثَةُ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ
 
Artinya: Aisyah RA berkata: “Kami pernah melihat hilal (bulan sabit) demi hilal, dua bulan berlalu tanpa dinyalakan api di rumah Rasulullah SAW.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Ketika Aisyah RA ditanya apa yang mereka makan selama itu, beliau menjawab:
 
“Kami hanya makan dua hal: kurma dan air.”
 
Namun, di tengah kesederhanaan itu, Rasulullah SAW tidak pernah mengeluh. Sebaliknya, beliau mengajarkan bahwa orang yang bersyukur akan senantiasa merasa cukup walaupun secara lahir tampak kekurangan.
 
Rasulullah SAW dan Shalat Malam sebagai Ungkapan Syukur
 
Suatu ketika, Rasulullah SAW shalat malam begitu lama hingga kaki beliau bengkak. Aisyah RA yang melihat hal itu merasa iba dan berkata,
 
“Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?”
 
Beliau menjawab dengan penuh ketulusan:
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
 
Artinya: “Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Jawaban ini menggambarkan puncak rasa syukur Rasulullah SAW. Beliau tidak bersyukur hanya dengan ucapan “Alhamdulillah”, tetapi dengan tindakan nyata memperbanyak ibadah sebagai wujud terima kasih kepada Allah.
 
Syukur Bukan Karena Harta, Tapi Karena Iman dan Ketenangan
 
Rasulullah SAW mengingatkan umatnya bahwa kekayaan sejati bukanlah banyaknya harta, melainkan hati yang selalu merasa cukup. Beliau bersabda:
 
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
 
Artinya: “Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
 
Makna hadis ini sangat dalam. Orang yang hatinya bersyukur akan merasa cukup meskipun hidup sederhana. Sebaliknya, orang yang tidak bersyukur akan terus merasa kurang, meskipun hartanya melimpah.
 
 
Dampak Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari
 
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa syukur tidak hanya diucapkan ketika mendapat nikmat besar, tetapi juga dalam hal-hal kecil. Makanan yang sederhana, pakaian yang layak, kesehatan, udara segar semuanya adalah nikmat yang wajib disyukuri.
 
Syukur juga menjaga hati dari sifat iri, dengki, dan putus asa. Orang yang bersyukur melihat setiap kejadian sebagai ketetapan terbaik dari Allah. Ketika diuji, dia bersabar. Ketika diberi nikmat, dia bersyukur. Itulah ciri orang beriman sejati sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
 
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ! إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ...
 
Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin! Sesungguhnya segala urusannya adalah kebaikan baginya; jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya; jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
 
Syukur Mengundang Keberkahan
 
Setiap kali manusia bersyukur, Allah SWT menjanjikan tambahan nikmat. Tambahan itu tidak selalu berupa harta, tetapi bisa berupa ketenangan hati, keluarga yang harmonis, atau keberkahan dalam rezeki yang sedikit.
 
Syukur juga menumbuhkan optimisme. Orang yang pandai bersyukur akan melihat sisi positif dari setiap ujian. Ia tahu bahwa kekurangan bukan alasan untuk menyerah, melainkan peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 
Syukur adalah kunci kebahagiaan sejati. Rasulullah SAW menunjukkan bahwa syukur sejati bukan terletak pada banyaknya harta, tetapi pada hati yang ikhlas menerima ketentuan Allah SWT. Beliau mengajarkan bahwa meskipun hidup penuh kekurangan, selama hati dipenuhi rasa syukur, maka hidup akan terasa lapang dan indah.
 
Syukur bukan hanya diucapkan dengan “Alhamdulillah”, tetapi diwujudkan dengan amal saleh, ibadah, dan keikhlasan menerima setiap takdir Allah. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik bagi manusia dalam menanamkan rasa syukur yang tulus dan mendalam.
 
Mari kita renungkan kehidupan Rasulullah SAW yang penuh dengan kesederhanaan namun kaya dengan rasa syukur. Beliau telah mencontohkan bahwa kebahagiaan bukanlah tentang apa yang kita miliki, melainkan tentang bagaimana kita menghargai setiap nikmat yang Allah berikan.
 
Dengan meneladani Rasulullah SAW dalam bersyukur di tengah kekurangan, semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang selalu ridha, sabar, dan diberi tambahan nikmat di dunia serta keberkahan di akhirat.
 
اللهم اجعلنا من عبادك الشاكرين
 
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur.” (djl)

Sumber:

Berita Terkait