Menyebarkan Ilmu dengan Bijak
Radarseluma.disway.id - Menyebarkan Ilmu dengan Bijak--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Dengan ilmu, seseorang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil, yang benar dan yang salah. Namun, menyebarkan ilmu bukan sekadar menyampaikan apa yang diketahui. Dibutuhkan kebijaksanaan dalam cara, waktu, dan kepada siapa ilmu itu disampaikan. Dalam Islam, menyampaikan ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, namun ada adab dan etika yang harus diperhatikan agar penyebaran ilmu tidak justru membawa kerusakan atau kesalahpahaman.
Dewasa ini, kemajuan teknologi dan media sosial telah memudahkan penyebaran ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain, hal ini juga menimbulkan tantangan baru, di mana banyak informasi agama tersebar tanpa filter, kadang tanpa dasar yang kuat, atau disampaikan dengan cara yang tidak bijak. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami bagaimana menyebarkan ilmu dengan bijak, sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Keutamaan Menyebarkan Ilmu
Islam memuliakan orang-orang yang berilmu dan mendorong umatnya untuk menyampaikan ilmu yang mereka miliki. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ
Artinya: “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menunjukkan keutamaan orang berilmu. Namun, keutamaan itu juga membawa tanggung jawab besar, yakni menyampaikan ilmu kepada orang lain dengan cara yang benar dan penuh hikmah. Rasulullah SAW bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
Artinya: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR. Al-Bukhari no. 3461)
Hadits ini menjadi landasan bahwa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya, asalkan ia memahami dengan benar apa yang disampaikan. Namun, kewajiban ini harus disertai dengan sikap bijaksana agar ilmu tersebut membawa manfaat, bukan sebaliknya.
BACA JUGA:Jadikan Media Sosial sebagai Sarana Dakwah, Bukan Sebaliknya
Adab dan Kebijaksanaan dalam Menyebarkan Ilmu
1. Mengutamakan Niat Ikhlas karena Allah
Dalam menyampaikan ilmu, niat adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Seseorang yang menyampaikan ilmu hendaknya melakukannya semata-mata untuk mencari ridha Allah, bukan untuk popularitas, pujian, atau tujuan dunia lainnya.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Menyampaikan Sesuai Kemampuan
Tidak semua orang wajib menyampaikan seluruh cabang ilmu. Jika seseorang hanya memahami sebagian kecil, maka cukup ia sampaikan yang ia pahami dengan benar. Jangan menyampaikan hal yang belum jelas kebenarannya.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
3. Menggunakan Bahasa yang Baik dan Penuh Hikmah
Dalam berdakwah atau menyampaikan ilmu, Islam mengajarkan untuk menggunakan pendekatan yang lembut dan penuh hikmah. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Harun ‘alaihimassalam untuk berkata lembut bahkan kepada Fir’aun:
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44)
4. Memperhatikan Situasi, Tempat, dan Waktu
Ilmu yang disampaikan dengan bijak akan memperhatikan kondisi pendengar. Apakah ia siap menerima ilmu tersebut? Apakah topik itu relevan dengan situasi saat ini? Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لاَ تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ إِلَّا كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً
Artinya: “Tidaklah engkau menyampaikan suatu pembicaraan kepada suatu kaum yang akalnya tidak sampai kecuali akan menjadi fitnah bagi sebagian mereka.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan pentingnya memperhatikan tingkat pemahaman dan kesiapan audiens agar tidak terjadi kesalahpahaman yang justru menimbulkan fitnah.
BACA JUGA:Mengajarkan Nilai-Nilai Islam kepada Anak: Fondasi Kehidupan Dunia dan Akhirat
Bahaya Menyebarkan Ilmu Tanpa Hikmah
Tanpa kebijaksanaan, ilmu yang disampaikan bisa menjadi bumerang. Ia bisa disalahpahami, menyesatkan orang lain, atau bahkan menimbulkan perpecahan. Oleh sebab itu, ulama-ulama terdahulu sangat berhati-hati dalam menyampaikan fatwa dan ilmu. Bahkan Imam Malik rahimahullah berkata:
Artinya: “Aku tidak mengatakan bahwa aku lebih baik dari orang lain, tetapi aku khawatir bila aku menyampaikan sesuatu yang salah, lalu aku memikul dosanya.”
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa menyebarkan ilmu adalah amal yang mulia dan berpahala besar, namun ia harus dilakukan dengan penuh kebijaksanaan. Islam bukan hanya menekankan apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikannya. Ilmu yang disampaikan dengan cara yang baik, waktu yang tepat, dan niat yang ikhlas akan menjadi cahaya bagi umat. Sebaliknya, ilmu yang disampaikan sembarangan tanpa adab dan hikmah bisa menyesatkan dan bahkan menjadi dosa yang besar.
Mari kita menjadi bagian dari orang-orang yang menyebarkan ilmu dengan bijak dan bertanggung jawab. Jadikan ilmu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mengangkat nama pribadi. Belajar dari Rasulullah ﷺ yang penuh kelembutan dalam dakwah, kita juga harus mengedepankan adab dan kasih sayang dalam menyampaikan ilmu.
Semoga Allah SWT memberikan kita ilmu yang bermanfaat, dan menjadikan kita termasuk golongan:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak takut kepada siapa pun selain Allah.” (QS. Al-Ahzab: 39)
Demikianlah penjelasan yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat buat kita semua. (djl)
Sumber: