Bisnis Malaysia Sudah Adopsi AI, Namun Rentan di Keamanan siber

Bisnis Malaysia Sudah Adopsi AI, Namun Rentan di Keamanan siber

Bisnis Malaysia dengan cepat mengadopsi AI dan analisis data--

 

KUALA LUMPUR, MALAYSIA, Radarseluma.Disway.id - Bisnis MALAYSIA dengan cepat mengadopsi AI dan analisis data, tetapi strategi keamanan siber yang lemah membuat mereka rentan terhadap ancaman digital yang terus berkembang, menurut Survei Teknologi Bisnis terbaru CPA Australia.

 

BACA JUGA:VinFast Raih Penghargaan detikcom Awards 2025

BACA JUGA: Mazda Bawa Mobil Model PHEV di GJAW 2025, Bisa Test Drive

Sementara 87 persen bisnis menggunakan alat analisis dan visualisasi data dan 85 persen telah mengadopsi AI, hanya 18 persen yang telah sepenuhnya menanamkan keamanan siber ke dalam strategi operasional mereka, jauh di bawah rata-rata survei sebesar 28 persen.

 

Yang mengkhawatirkan, 17 persen bisnis Malaysia bereaksi terhadap ancaman siber hanya saat terjadi, dan 19 persen tidak menyadari atau tidak yakin bagaimana keamanan siber dikelola oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

 

"Dengan AI yang mengubah lanskap bisnis, bisnis harus mengintegrasikan proses yang jelas untuk melindungi aset digital mereka ke dalam strategi bisnis inti mereka," ujar Priya Terumalay, Kepala Regional CPA Australia untuk Asia Tenggara.

 

Pencegahan terstruktur dan pengawasan terperinci sangat penting karena penipuan yang dihasilkan AI, peniruan identitas deepfake, dan serangan phishing yang sangat tertarget semakin marak.

 

Meskipun penggunaan perangkat AI sudah tinggi, integrasi mendalam ke dalam operasional bisnis masih rendah, hanya 11 persen, dibandingkan dengan rata-rata survei sebesar 16 persen. Sebagian besar bisnis menggunakan perangkat AI sesekali dan mengandalkan perangkat yang tersedia secara umum seperti ChatGPT dan Microsoft Copilot, atau asisten AI bawaan.

Sumber: