Seluma, Radarseluma.Disway.id – Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Seluma, Samsul Aswajar, menyampaikan kritik tajam terhadap penampilan budaya Sekujang yang dibawa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Seluma dalam salah satu event di Kota Tua Jakarta.
BACA JUGA:Posisi Indonesia Naik Dua Peringkat dalam Economic Freedom of the World 2025
BACA JUGA:Teladan Rasulullah SAW dalam Menanamkan Kasih Sayang kepada Anak-anak
Menurutnya, apa yang ditampilkan dalam video promosi kegiatan tersebut sudah jauh berbeda dari bentuk asli Sekujang yang menjadi warisan budaya khas Kabupaten Seluma.
“Saya lihat dalam video trailer itu sudah tidak mirip lagi dengan Sekujang. Saya pikir Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Seluma tidak tahu apa itu Sekujang. Kalau memang mau menampilkan adat istiadat, pelajari dulu. Jangan adat kita dicampur dengan modernisasi. Kalau sudah begitu, itu bukan adat kita lagi,” tegas Samsul, Rabu (8/10).
Ia menjelaskan bahwa Sekujang sejatinya merupakan tradisi sakral yang menggunakan atribut khas seperti ijuk, dufa, pawang, serta topeng yang menyeramkan. Penampilan Sekujang juga seharusnya diiringi alat musik tradisional seperti serunai, kelintang, dan redab — bukan alat musik dol yang justru berasal dari daerah lain.
“Sekujang itu bukan tarian hiburan, apalagi diiringi dol. Dol itu adanya di Bengkulu Kota, bukan di Seluma. Ketika Sekujang tampil, pengiringnya itu serunai, kelintang, dan redab,” jelasnya.
Samsul menambahkan, sebelum menampilkan kebudayaan daerah di tingkat nasional, seharusnya Disdikbud Seluma melakukan kajian dan pembelajaran langsung kepada masyarakat adat yang masih melestarikan Sekujang di wilayah asalnya.
BACA JUGA:Kisah Rasulullah SAW dan Anak Yatim: Sentuhan Kasih yang Menggetarkan Hati Umat
BACA JUGA: VinFast Luncurkan Kompetisi Desain Mobil Listrik VinFas,
“Kalau sumbernya dari Talang Benuang, ya belajar ke sana. Fasilitasi kelompok Sekujang asli itu tampil, bukan sanggar yang dibuat-buat,” imbuhnya.
Ia menilai, dengan anggaran kegiatan yang cukup besar, seharusnya Disdikbud dapat menampilkan representasi budaya yang benar-benar otentik dan membanggakan masyarakat Seluma.
“Bukan dapat pujian, tapi malah cibiran dari masyarakat. Karena yang ditampilkan itu tidak mewakili adat istiadat dan kebudayaan masyarakat Seluma,” tutupnya.(adt)