Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Sejara
Jika Perang Badar memberikan kemenangan besar bagi kaum Muslimin meski jumlah mereka sedikit, maka Perang Uhud menjadi sebuah peringatan keras bahwa kemenangan tidak selalu diraih dengan jumlah atau semangat semata, tetapi sangat bergantung pada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dari sini, umat Islam mendapatkan pelajaran mendalam bahwa setiap kelalaian terhadap perintah Allah dapat berakibat besar.
Latar Belakang Perang Uhud
Perang Uhud terjadi sebagai balasan kaum Quraisy setelah kekalahan mereka dalam Perang Badar. Kekalahan tersebut sangat memalukan bagi Quraisy karena banyak tokoh penting mereka tewas. Oleh karena itu, mereka mengumpulkan kekuatan besar, berjumlah sekitar 3.000 pasukan dengan perlengkapan perang yang lengkap, dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb.
Sementara itu, Rasulullah SAW bersama kaum Muslimin hanya berjumlah sekitar 1.000 pasukan. Namun, sebagian besar dari Bani Salim dan Abdullah bin Ubay mundur sebelum perang, sehingga jumlah pasukan Muslim hanya tersisa sekitar 700 orang.
BACA JUGA:Indahnya Persaudaraan Muhajirin dan Anshar dalam Bimbingan Rasulullah SAW
Jalannya Perang dan Ujian Keimanan
Rasulullah SAW menempatkan pasukan pemanah di sebuah bukit kecil untuk menjaga barisan belakang. Beliau memerintahkan agar pasukan pemanah tidak meninggalkan posisi mereka dalam keadaan apapun, baik saat umat Islam menang maupun kalah.
Namun, ketika kaum Quraisy mulai mundur, sebagian pasukan pemanah melihat harta rampasan perang dan meninggalkan posisi mereka. Hal ini dimanfaatkan oleh pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid (saat itu masih musyrik), sehingga mereka berhasil menyerang dari belakang.
Situasi berbalik: kaum Muslimin yang semula unggul akhirnya tercerai-berai. Dalam kekacauan itu, Rasulullah SAW bahkan terluka; gigi beliau patah, wajah beliau berdarah, dan beliau sempat jatuh ke dalam lubang. Namun, meski terluka, Rasulullah tetap tegar memimpin pasukan.
Dalil Al-Qur’an tentang Perang Uhud
Allah SWT menyinggung langsung peristiwa Perang Uhud dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Ali ‘Imran ayat 152:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّٰهُ وَعْدَهٗۤ اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ بِاِذْنِهٖۚ حَتّٰٓى اِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْاَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَآ اَرٰىكُمْ مَّا تُحِبُّوْنَۗ مِنْكُمْ مَّنْ يُرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُرِيْدُ الْاٰخِرَةَۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْۚ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْؕ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya:
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya, sampai kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada yang menginginkan dunia dan di antara kamu ada yang menginginkan akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu. Dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 152)
Ayat ini menegaskan bahwa kekalahan kaum Muslimin saat itu bukan karena kurangnya kekuatan, tetapi karena kelalaian, cinta dunia, dan ketidaktaatan terhadap perintah Rasulullah SAW. Namun, Allah juga menegaskan bahwa Dia Maha Pengampun dan masih melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang beriman.
BACA JUGA:Jejak Hijrah Rasulullah SAW: Perjalanan Agung Penuh Pengorbanan dan Keteladanan
Hadits tentang Kesabaran Rasulullah SAW di Uhud
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata:
كَسَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ رَبَاعِيَّتَهُ، وَجُرِحَ فِي رَأْسِهِ، فَجَعَلَ يَسْلُتُ الدَّمَ عَنْهُ وَيَقُولُ: كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوا رَبَاعِيَّتَهُ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللهِ؟