Indahnya Persaudaraan Muhajirin dan Anshar dalam Bimbingan Rasulullah SAW
Radarseluma.disway.id - Indahnya Persaudaraan Muhajirin dan Anshar dalam Bimbingan Rasulullah SAW--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah Islam, hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah bukan hanya menjadi tonggak kemenangan dakwah Islam, tetapi juga melahirkan satu peradaban baru yang dibangun atas dasar keimanan, ukhuwah, dan kebersamaan. Pada saat itu, kaum Muslimin dari Makkah yang disebut Muhajirin meninggalkan harta, keluarga, dan kampung halaman mereka demi menjaga keimanan. Sementara itu, kaum Muslimin Madinah yang dikenal dengan sebutan Anshar menyambut mereka dengan penuh kasih sayang, mengorbankan harta serta tenaga demi saudara-saudara seiman mereka.
Rasulullah SAW kemudian mempersaudarakan kedua kelompok besar ini dalam satu ikatan iman yang lebih kuat dari sekadar hubungan darah. Persaudaraan Muhajirin dan Anshar adalah teladan sepanjang zaman tentang bagaimana ukhuwah Islamiyah mampu menciptakan persatuan, solidaritas, dan keberkahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Landasan Al-Qur’an tentang Persaudaraan
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam lebih kokoh daripada ikatan duniawi. Firman-Nya dalam surat Al-Hujurat ayat 10:
﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini menjadi fondasi ukhuwah antara Muhajirin dan Anshar. Mereka disatukan bukan karena harta, suku, ataupun status sosial, melainkan karena iman kepada Allah SWT.
Selain itu, Allah SWT juga memuji kaum Anshar yang rela mengorbankan kepentingan diri mereka demi saudara seiman. Dalam QS. Al-Hasyr ayat 9 disebutkan:
﴿وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
Artinya: “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Ayat ini menegaskan sifat mulia kaum Anshar yang rela berbagi meskipun mereka sendiri masih dalam keadaan kekurangan.
Teladan Rasulullah SAW dalam Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Rasulullah SAW tidak hanya memberi arahan, tetapi juga mempraktikkan persaudaraan itu dengan tindakan nyata. Dalam peristiwa hijrah, beliau mempersaudarakan setiap sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshar.
Imam Bukhari meriwayatkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ الْمُهَاجِرُونَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا رَأَيْنَا قَوْمًا أَبْذَلَ مِنْ كَثِيرٍ، وَلَا أَحْسَنَ مُوَاسَاةً، مِنْ قَلِيلٍ، مِنْ قَوْمٍ نَزَلْنَا بَيْنَ أَظْهُرِهِمْ، لَقَدْ كَفَوْنَا الْمُؤْنَةَ، وَأَشْرَكُونَا فِي المَهْنَإِ، حَتَّى خِفْنَا أَنْ يَذْهَبُوا بِالأَجْرِ كُلِّهِ
Sumber: