“Kalau dalam 5-10 tahun ke depan tidak berhasil menambah jumlah moda transportasi publik, saya khawatir Kota Semarang akan menjadi sama (padat) dengan Surabaya dan Jakarta,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, strategi pemilihan LRT sebagai saran transportasi massal juga ditujukan untuk mengantisipasi kepadatan Trans Semarang nantinya. Selain itu, Semarang juga berencana memiliki BRT bertenaga listrik.
Terpenting, dia berharap, semua pengadaan transportasi massal ini bisa dilakukan dengan investasi sesegera mungkin di tengah keterbatasan biaya pembangunan.
Rencananya, LRT Semarang dirancang memiliki 9 koridor yang akan menghubungkan kawasan Simpang Lima dan Penggaron.
Di tahap pertama, ada dua koridor LRT yang dibangun, yakni koridor Simpang Lima-Tawang-Poncol sepanjang 8 km dan koridor Simpang Lima-Bandara Ahmad Yani sepanjang 9,8 km.
“Bagaimana cara pembiayaannya? Ini harus skema investasi, Pemerintah Kota enggak bisa, tidak mungkin (sanggup). Mission impossible kalau kita harus membayar itu semua. Ini harus skema investasi,” imbuhnya.
BACA JUGA:Hal Ini yang akan Terjadi kepada Mobil Anda, Jika Jarang Spooring dan Balancing Roda
BACA JUGA: Nissan Bakal PHK Karyawan di Eropa, Jalankan Restrukturisasi