3. Kemuliaan Syahid: Allah SWT memuliakan Hamzalah bukan hanya dengan syahid, tapi juga dengan kehormatan dimandikan oleh malaikat.
4. Kesucian Niat dan Amalan: Meski secara fisik belum sempat mandi, tapi karena niat yang suci dan tulus, Allah menyucikannya melalui malaikat.
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Hamzalah bin Abu Amir bukan sekadar sahabat Nabi. Ia adalah lambang keikhlasan, keberanian, dan cinta sejati kepada Allah dan Rasul-Nya. Pernikahan dunianya hanya sebentar, namun Allah menggantinya dengan kehidupan abadi di surga.
Sementara itu, Jamilah, sang istri, menunjukkan bahwa wanita pun bisa menjadi pejuang, meski tidak mengangkat pedang, dengan hati yang ikhlas dan sabar dalam perjuangan.
Kisah Hamzalah dan Jamilah bukan sekadar cerita sejarah. Ini adalah inspirasi bagi setiap Muslim hari ini, untuk menempatkan agama di atas segalanya bahkan atas cinta dan keinginan pribadi.
Semoga kisah ini menanamkan semangat jihad, kesucian niat, dan cinta abadi dalam iman kepada Allah dan Rasul-Nya. (djl)