Hijrah dan Kesadaran Akan Kematian: Menapaki Jalan Menuju Kehidupan Hakiki

Rabu 23-07-2025,15:30 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Reporter: Juli Irawan  

Radarseluma.disway.id - Dalam kehidupan manusia yang singkat ini, seringkali kita terbuai oleh hiruk pikuk dunia yang fana. Banyak di antara kita yang lupa bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan sementara, bukan tempat tinggal abadi. Kesadaran akan kematian menjadi alarm spiritual yang menggugah jiwa untuk berhijrah baik secara fisik, spiritual, maupun moral menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT. Hijrah bukan hanya sekadar berpindah tempat, melainkan lebih dalam dari itu: berpindah dari kegelapan menuju cahaya, dari dosa menuju taubat, dari kelalaian menuju kesadaran.

Kesadaran akan kematian menumbuhkan semangat untuk memperbaiki diri dan menjadikan hidup ini penuh makna. Maka dari itu, hijrah dan kesadaran akan kematian adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam membentuk pribadi Muslim yang bertakwa dan siap menghadapi perjumpaan dengan Sang Pencipta.

Makna Hijrah dan Kaitannya dengan Kesadaran Akan Kematian

Secara bahasa, hijrah berarti berpindah atau meninggalkan sesuatu. Secara istilah, hijrah mengandung makna berpindah dari suatu keadaan yang buruk menuju keadaan yang lebih baik karena Allah SWT. Hijrah bukan hanya berpindah tempat seperti Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah, tapi juga berpindah dari kekufuran menuju keimanan, dari maksiat menuju ketaatan.

Rasulullah SAW bersabda:

"المُهَاجِرُ مَن هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ"

Artinya: “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari)

Hijrah yang demikian menuntut kesadaran mendalam akan kematian, karena setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah. Kesadaran ini adalah pendorong utama untuk berhijrah, sebab kita tak pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Allah SWT berfirman:

"كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu." (QS. Ali 'Imran: 185)

Ayat ini menjadi pengingat bagi setiap insan bahwa kehidupan ini sangat terbatas. Maka selagi diberi waktu, hijrah menjadi jalan untuk memperbaiki diri sebelum terlambat.

BACA JUGA:Membentuk Karakter Muslim yang Disiplin: Pilar Kepribadian Unggul dalam Masyarakat Madani

Kesadaran Akan Kematian: Kunci Hijrah Sejati

Kematian adalah kepastian. Tidak seorang pun yang tahu kapan ia akan datang. Ketika seseorang menyadari bahwa hidupnya bisa berakhir kapan saja, ia akan terdorong untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT:

"وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ"

Artinya: "Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal." (QS. Luqman: 34)

Rasulullah SAW juga mengingatkan umatnya untuk memperbanyak mengingat kematian: 

"أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ اللَّذَّاتِ"

Artinya: “Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (yaitu kematian).” (HR. Tirmidzi, hasan sahih)

Dengan mengingat kematian, manusia akan menjadi lebih bijak dalam menggunakan waktunya. Ia tidak akan menunda-nunda taubat, tidak akan lalai dalam beribadah, dan tidak akan main-main dalam urusan dunia.

Contoh Hijrah Para Sahabat Karena Kesadaran Kematian

Para sahabat Rasulullah SAW merupakan teladan terbaik dalam memahami makna hijrah dan kesadaran akan kematian. Salah satunya adalah Umar bin Khattab RA, yang sebelum masuk Islam adalah penentang dakwah Rasulullah. Namun setelah mendapatkan hidayah dan merenungi hakikat hidup dan kematian, ia berhijrah menjadi pembela Islam yang paling kuat.

Demikian pula dengan Mush’ab bin Umair, pemuda kaya raya yang meninggalkan kenikmatan dunia demi Islam. Ia meninggal sebagai syuhada dalam perang Uhud, bahkan tidak ada kain yang cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ini membuktikan bahwa hijrah dan kesadaran akan kematian menumbuhkan keberanian dan keikhlasan dalam berjuang di jalan Allah.

Hijrah Spiritual: Perjalanan Menuju Allah dan Kehidupan Abadi

Hijrah bukan hanya berpindah secara fisik, tapi juga perjalanan spiritual. Ini berarti meninggalkan kebiasaan buruk, meninggalkan lingkungan yang membawa kepada maksiat, serta berusaha dekat dengan Allah melalui shalat, dzikir, sedekah, dan amal saleh lainnya.

Allah SWT berfirman:

"فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ"

Artinya: “Maka berlarilah kalian kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata dari-Nya untuk kalian.” (QS. Adz-Dzariyat: 50)

Perintah "berlari kepada Allah" menunjukkan pentingnya kesungguhan dalam berhijrah. Seorang mukmin yang menyadari bahwa ajal bisa datang kapan saja, akan menjadikan hidupnya sebagai ladang amal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

BACA JUGA:Menjaga Hijrah dengan Lingkungan yang Shalih: Kunci Istiqamah dalam Perjalanan Spiritual

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Hijrah dan kesadaran akan kematian adalah dua kekuatan dahsyat dalam membentuk karakter seorang Muslim sejati. Keduanya menjadi pilar utama untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa kesadaran akan kematian, hijrah bisa kehilangan arah dan makna. Begitu juga sebaliknya, tanpa hijrah, kesadaran akan kematian hanya menjadi ketakutan tanpa tindakan.

Mari kita jadikan momen hidup yang singkat ini sebagai peluang untuk berhijrah. Berhijrah dari dosa menuju taubat, dari kelalaian menuju kesadaran, dari dunia menuju akhirat. Kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan awal dari kehidupan yang kekal. Maka siapkanlah diri dengan hijrah yang tulus, karena pada akhirnya, kita semua akan kembali kepada-Nya.

"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَانظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ"

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18) (djl)

Kategori :