Palembang, Radarseluma.Disway.id – Konsistensi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam peningkatan serapan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit (SDMPKS) patut diapresiasi. Dalam hal adanya tren peningkatan mencapai 4000 penerima nantinya akan menempuh studi di 41 Perguruan Tinggi se Indonesia. Namun hal tersebut harus diimbangi dengan persiapan multi sektor.
Mandataris APMI Sumsel, Benny, menguraikan setidaknya memberikan perhatian pada isu-isu yang sudah sering ditemukan pada lapangan. Mulai dari kesiapan perguruan tinggi dan mahasiswa yang nantinya akan studi di kampus tujuan.
Kesiapan 41 Perguruan tinggi dan & Mahasiswa
41 Kampus bukanlah jumlah sedikit, apalagi dalam representasi dari pulau cukup mayoritas terwakilkan. Hal ini tentunya menjadi hal yang menarik perhatian, utamanya sekitar 20 kampus tergolong baru dalam mengelola beasiswa ini. Kesiapan tidak sekedar tentang proses akademisnya, namun juga teknis yang perlu diperhatikan seperti mobilisasi kedatangan yang tentunya penerima beasiswa nantinya bukan tidak mungkin perdana mendatangi daerah kampus tujuannya sehingga faktor keamanan harus diperhatikan ekstra, lalu dari hal akomodasi awal dimana Sebagian dari kawan-kawan belum familiar dengan daerah tersebut, tentunya perguruan tinggi sebisa mungkin bersikap solutif, Humanity Value tidak boleh diabaikan. Perguruan Tinggi (PT) tidak boleh hanya berpikir tentang proses bisnisnya saja.
Perbaikan Tata Kelola
Memasuki 1 Dekade program ini, dimana ribuan insan perkebunan mengharapkan adanya bisa menaikan taraf akademisnya. Masa diperlukan perbaikan tata Kelola, dalam beberapa perjalanan kami temukan jumlah alumni SDMPKS di level Kecamatan bahkan Desa masih minim, tentunya ini harus menjadi reformulasi stakeholder paling tidak industri sawit di Ring 1 nya, Dinas Perkebunan, maupun pihak yang relevan.
Efisiensi Pembiayaan Bagi Lulusan Untuk Lanjut Jenjang
Kebijakan mengakomodir lulusan diploma (D1-D3) baik lulusan beasiswa SDMPKS maupun non-beasiswa, tentu merupakan langkah positif yang patut diapresiasi. Peluang ini membuka kesempatan luas bagi para lulusan untuk melanjutkan pendidikan dan meraih gelar sarjana. Namun, di sisi lain, masih terdapat tantangan terkait efisiensi pembiayaan dan waktu studi. Saat ini, banyak lulusan yang harus kembali mengulang perkuliahan dari awal ketika melanjutkan jenjang pendidikan, sehingga menimbulkan pemborosan sumber daya dan waktu. Untuk itu, diperlukan formulasi kebijakan yang lebih tepat berupa mekanisme transisi yang mengakui pencapaian akademik sebelumnya. Dengan demikian, para lulusan dapat melanjutkan studi mereka tanpa harus mengulang dari nol, sehingga proses pendidikan menjadi lebih efisien dan terfokus pada pengembangan kompetensi lanjutan. Pendekatan ini tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga mempercepat pencapaian tujuan pendidikan bagi para lulusan diploma.
BACA JUGA:Toyota Fortuner GR Sport Facelift: SUV Mewah dan Tangguh dengan Fitur Otomotif Populer di Indonesia
Formulasi Pembukaan Beasiswa Pascasarjana & Calon Dosen Perkebunan