Perpisahan dengan Ramadhan: Harapan atau Kesedihan,.?

Sabtu 29-03-2025,14:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

Radarseluma.disway.id - Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Kedatangannya selalu disambut dengan sukacita oleh kaum Muslimin di seluruh dunia, sementara kepergiannya sering kali meninggalkan rasa haru dan kesedihan. Bulan ini merupakan kesempatan bagi setiap Muslim untuk meningkatkan ketakwaan, memperbanyak ibadah, dan meraih ampunan Allah. Namun, setelah sebulan penuh beribadah, pertanyaannya adalah: apakah perpisahan dengan Ramadhan membawa harapan atau justru menyisakan kesedihan?

Artikel ini akan menguraikan makna perpisahan dengan Ramadhan, perasaan yang seharusnya dimiliki seorang Muslim, serta pandangan Islam mengenai kehidupan setelah bulan suci ini berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.

Ramadhan: Bulan Penuh Keberkahan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 185 yang mana berbunyi: 

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

Artinya: "Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Di bulan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa dari fajar hingga terbenam matahari sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Selain itu, Ramadhan juga dikenal sebagai bulan penuh ampunan,bsebagaimana sabda Rasulullah SAW sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim yang berbunyi: 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

BACA JUGA:Zakat: Bekal Suci Menyempurnakan Ibadah Ramadhan

Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya sekadar bulan ibadah, tetapi juga kesempatan untuk memperbaiki diri dan membersihkan hati dari dosa-dosa.

Perpisahan dengan Ramadhan: Antara Harapan dan Kesedihan Ketika Ramadhan berlalu, perasaan yang muncul dalam hati seorang Muslim bisa berbeda-beda.

Pertama: Kesedihan karena Berpisah dengan Ramadhan

Bagi banyak Muslim yang merasakan manisnya ibadah di bulan Ramadhan, perpisahan ini membawa kesedihan. Mereka merasa kehilangan momen-momen istimewa seperti Shalat Tarawih, tadarus Al-Qur'an, serta atmosfer keislaman yang begitu kental.

Rasulullah SAW dan para sahabat juga sangat mencintai Ramadhan. Bahkan, mereka berdoa selama enam bulan setelahnya agar amal ibadah mereka diterima, dan enam bulan sebelum Ramadhan mereka berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan penuh berkah ini.

Kesedihan ini wajar, karena Ramadhan memang membawa banyak keberkahan yang belum tentu bisa kita rasakan di bulan-bulan lainnya. Namun, kesedihan ini seharusnya tidak berubah menjadi keputusasaan, melainkan menjadi motivasi untuk tetap menjaga semangat ibadah.

BACA JUGA:Membersihkan Harta, Menyucikan Jiwa: Hakikat Zakat di Penghujung Ramadhan

Kedua: Harapan untuk Tetap Konsisten dalam Kebaikan

Di sisi lain, perpisahan dengan Ramadhan juga bisa menjadi awal dari sesuatu yang lebih baik. Bulan Ramadhan seharusnya menjadi titik tolak untuk terus meningkatkan ibadah di bulan-bulan berikutnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hijr ayat 99 berbunyi: 

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Artinya: "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal)." (QS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang hayat kita. Jika seorang Muslim berhasil membentuk kebiasaan baik di bulan Ramadhan seperti membaca Al-Qur’an, Shalat malam, dan bersedekah—maka seharusnya kebiasaan itu tetap dilanjutkan setelahnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda yang berbunyi: 

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (berkelanjutan) meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa yang lebih penting dari banyaknya ibadah di bulan Ramadhan adalah bagaimana kita bisa menjaga konsistensinya sepanjang tahun.

BACA JUGA:Menjaga Ketaatan Setelah Ramadhan

Bagaimana Menjaga Spirit Ramadhan? Agar perpisahan dengan Ramadhan tidak hanya menjadi momen kesedihan tetapi juga harapan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

Pertama: Melanjutkan Kebiasaan Baik

Menjaga shalat lima waktu dengan lebih khusyuk

* Memperbanyak membaca Al-Qur’an

* Membiasakan puasa sunnah (seperti puasa Senin-Kamis atau Puasa enam hari di bulan Syawal)

Kedua: Menjaga Amal Sosial

*Melanjutkan kebiasaan bersedekah

*Menjaga ukhuwah Islamiyah dengan sesama Muslim

Ketiga: Tetap Berdoa Agar Bisa Bertemu Ramadhan Berikutnya

Sebagaimana para sahabat yang berdoa agar dipertemukan kembali dengan Ramadhan, kita pun sebaiknya memohon kepada Allah agar diberikan umur panjang dan kesempatan untuk merasakan kembali keindahan bulan suci ini.

BACA JUGA:Ketika Ramadhan Pergi, Apa yang Tersisa dalam Diri Kita?

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa perpisahan dengan Ramadhan adalah momen yang penuh dengan dua sisi: kesedihan karena kehilangan bulan yang penuh berkah dan harapan untuk bisa mempertahankan semangat ibadah sepanjang tahun.

Kesedihan itu wajar, tetapi tidak boleh membuat kita berputus asa atau kembali kepada kebiasaan buruk. Justru, kita harus menjadikan Ramadhan sebagai batu loncatan untuk terus meningkatkan kualitas ibadah kita.

Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: 

مَنْ كَانَ يَعْبُدُ رَمَضَانَ فَإِنَّ رَمَضَانَ قَدْ مَضَى وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ

Artinya: "Barang siapa yang menyembah Ramadhan, maka sesungguhnya Ramadhan telah pergi. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan mati."

Hadits ini mengingatkan bahwa ibadah kita tidak boleh hanya terbatas di bulan Ramadhan, melainkan harus tetap berlangsung sepanjang kehidupan kita.

Mari kita jadikan perpisahan dengan Ramadhan sebagai awal dari kehidupan yang lebih baik. Semoga Allah menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan berikutnya dalam keadaan yang lebih baik. Aamiin.(djl)

Kategori :