SELUMA - Sebanyak 22 orang warga Dusun Jalur, Desa Padang Kuas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma mengikuti pertemuan tentang dampak Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Teluk Sepang milik PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB), yang diadakan di salah satu ruang SDN 163 Seluma ketika cuaca mulai gerimis dan awan mendung pada Rabu, (13/11).
“Astagfirullah, aiii ngerinyo petir, aku nengok anak di rumah dulu!!!” kata Titi Marlena Warga Dusun Jalur Desa Padang Kuas dengan wajah pucat, lalu meninggalkan tempat, setelah tiba-tiba mendengar suara petir yang menganggu konsentrasinya mengikuti pertemuan.
Beberapa menit kemudian Titi mengirimkan pesan di group whatsapp, “Maaf aku idak balik lagi ke sekolahan, untung aku balik anak aku lah ketakutan karno katonyo pas ado petir tu ado suaro seperti listrik meletus di ruangan tamu.”
Sementara itu Ibu Pesi dan Ibu Deka juga meninggalkan ruangan untuk memastikan keberadaan anaknya yang sedang bermain di lapangan desa sudah pulang ke rumah atau belum. Setelah mengetahui anaknya sudah pulang ke rumah, keduanyapun kembali ke ruang pertemuan.
Begitulah beberapa contoh trauma yang dialami oleh puluhan warga Dusun Jalur, ketika mereka mendengar suara petir sejak beroperasinya SUTT PLTU Teluk Sepang mulai tahun 2019 hingga sekarang.
Selain itu ketika mendengarkan suara petir warga juga panik lalu mencabut kabel aliran listrik dari semua peralatan elektronik yang ada di rumahnya, mematikan handphone dan mengurung diri di dalam rumah.
Perubahan perilaku yang juga menjadi penderitaan warga itu terjadi sejak peristiwa rusaknya barang elektronik secara masal, dan beberapa warga yang tersengat listrik tegangan tinggi. Peristiwa peristiwa tersebut terjadi karena dampak SUTT yang semakin kuat ketika ada petir.