"Kisa Dakwah Sunan Kalijaga Dari Seorang Perampok Menjadi Ulama Wali Songo"
Radar Seluma. Disway.id - Sunan Kalijaga (Raden Sahid) merupakan anak dari Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta. Ia dikenal sebagai budayawan dan seniman seni suara, seni ukir hingga seni busana. Ia juga menciptakan aneka cerita wayang yang bercorak keislaman.
Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang terbuat dari kulit kambing atau biasa dikenal sebagai wayang kulit. Sebab, pada masa itu wayang populer dilukis pada semacan kertas atau wayang beber. Dalam seni suara, ia menciptakan lagu Dandanggula.
Sebelum menjadi ulama, Sunan Kalijaga konon pengalaman hidup sebagai perampok atau begal. Bahkan, ia juga pernah merampok Sunan Bonang. Peristiwa tersebut diyakini terjadi saat Sunan Kalijaga masih berusia muda. Sunan Kalijaga juga dikenal kerap melakukan tindak kekerasan.
Aksi perampokan yang dilakukan Sunan Kalijaga diketahui oleh ayahnya. Sang ayah Tumenggung Wilantika pun marah, malu dan merasa namanya tercoreng karena kelakuan buruk sang anak. Ia lantas mengusir Sunan Kalijaga dari rumah mereka. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Sunan Kalijaga membongkar Gudang Kadipaten untuk membagikan bahan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan
Sunan Sejak kecil, Sunan Kalijaga telah mendapatkan pendidikan Agama, serta mempelajari kesenian dan kebudayaan Jawa. Konon, ia berhenti menjadi seorang perampok yang hasilnya bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk rakyat kecil, setelah bertemu sang guru. Guru Sunan Kalijaga adalah Sunan Bonang, yang mengajarinya ilmu-ilmu Agama Islam dan spiritual. Selain itu, ia pernah belajar Agama Islam dari Syekh Siti Jenar, Syekh Sutabaris, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, dan pernah berguru ke Pasai serta berdakwah hingga Patani di Thailand.
Sunan Kalijaga memulai dakwahnya di Cirebon, Jawa Barat, tepatnya di Desa Kalijaga. Dari sana, ia melanjutkan menyebarkan ajaran Islam di daerah Pamanukan dan Indramayu. Sunan Kalijaga terkenal dengan metode dakwahnya yang menggunakan pendekatan seni dan budaya. Salah satu cara yang paling populer adalah melalui pertunjukan wayang, yang sangat disukai oleh masyarakat pada saat itu. Keberhasilan strategi dakwah ini disebabkan oleh pertunjukan yang tidak memungut biaya, sehingga siapa saja bisa menikmatinya. Selain wayang, Sunan Kalijaga juga memanfaatkan bentuk seni lainnya seperti ukiran, gamelan, nyanyian, dan pakaian, sebagai media dakwah. Dalam seni ukir, ia menggantikan motif ukir manusia dan hewan dengan ukiran dedaunan. Sunan Kalijaga menciptakan gong sekaten yang dinamakan Syahadatain, serta menciptakan berbagai lagu seperti Lir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, dan Suluk Linglung.
Dalam seni berpakaian, Sunan Kalijaga diyakini sebagai pencipta baju takwa yang menjadi bagian dari budaya Jawa, yang ditandai dengan penggunaan blangkon dan surjan. Penampilan yang sederhana dan dekat dengan rakyat membuatnya lebih mudah diterima dibandingkan para wali lainnya yang berdakwah dengan memakai jubah. Sunan Kalijaga juga menyisipkan beberapa falsafah Islam ke dalam nilai-nilai budaya setempat, salah satunya adalah filosofi "Urip Iku Urup," yang berarti hidup harus memberi manfaat bagi orang di sekitar. Pendekatan dakwahnya yang menghargai adat istiadat setempat membuat ajaran Islam mudah diterima oleh masyarakat yang masih menganut kepercayaan lama. Dari Jawa Barat, Sunan Kalijaga mengembara ke Demak, Jawa Tengah, untuk membantu Raden Patah yang diutus oleh Sunan Ampel dari Jawa Timur. Bersama beberapa Wali Songo, Sunan Kalijaga memiliki peran penting di Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, yang didirikan oleh Raden Patah. Sunan Kalijaga juga berperan dalam pendirian Masjid Demak. Salah satu tiang besar di dalam masjid yang disebut tiang tatal, diyakini sebagai salah satu karomah Sunan Kalijaga yang dapat menjadikan serpihan-serpihan kayu tatal menjadi tiang yang kokoh. Sunan Kalijaga juga berjasa dalam menentukan arah kiblat Masjid.
Itulah perjalanan dakwah Sunan Kalijaga sehingga menjadi ulama besar dan menjadi bagian dari Wali Songo. (djl)
Bersambung Part 12