Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Sembilan

Selasa 24-09-2024,10:00 WIB
Reporter : juliirawan
Editor : juliirawan

"Kisah Sunan Ampel atau Raden Rahmat"

Kajian Islam. Radar Seluma. Disway.id -Penyebaran Agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari Wali Songo yaitu 9 Wali dari Kepulauan Jawa mereka dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran Agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa. 

Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, masyarakat Muslim di Nusantara tentu tak asing lagi dengan Wali Songo atau 9 Wali dari Pulau Jawa.

BACA JUGA:Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Satu

Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran Agama Islam di Indonesia. Wali Songo telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah penyebaran Agama Islam di pulau Jawa. Wali Songo membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak memeluk Agama Hindu-Budha.

Adapun ke 9 Wali Songo tersebut adalah Sunan Maulana Maghribi, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Untuk lebih mengenal ke 9 Wali Songo tersebut mari kita kupas satu-satu 

BACA JUGA:Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Dua

Pada Part delapan kita sudah mengupas Kisah Sunan Kudus (Ja'far Sidiq) dan untuk part kesembilan ini kita akan mengangkat tentang kisah Sunan Ampel atau Raden Rahmat.

Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat. Ia memulai dakwahnya dari sebuah pondok pesantren yang didirikan di Ampel Denta, Surabaya. Ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Ampel memiliki murid yang mengikuti jejak dakwahnya, yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.

BACA JUGA:Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Tiga

Suatu ketika, Sunan Ampel diberi tanah oleh Prabu Brawijaya di daerah Ampel Denta. Ia lantas mendirikan sebuah Masjid. Di sana, Masjid tersebut dijaga oleh Mbah Sholeh. Ia sangat terkenal sebagai orang yang selalu menjaga kebersihan. Hal itu juga diakui oleh Sunan Ampel. Hingga suatu hari, Mbah Sholeh meninggal dunia. Ia lantas dimakamkan di samping Masjid.

Sepeninggal Mbah Sholeh, Sunan Ampel tak kunjung menemukan  pengganti penjaga Masjid yang se rajin Mbah Sholeh. Akibatnya, Masjid tak terurus dan kotor. Sunan Ampel kemudian bergumam, “Seandainya Mbah Sholeh masih hidup, pasti Masjidnya jadi bersih.”

BACA JUGA:Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part Empat

Seketika itu pula sosok serupa Mbah Sholeh muncul. Ia lantas menjalankan rutinitas yang biasa dilakukan Mbah Sholeh, namun tak lama kemudian meninggal lagi dan dimakamkan persis di samping makam Mbah Sholeh. Peristiwa itu terulang hingga sembilan kali. Konon, Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel meninggal dunia.

BACA JUGA:Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam di Pulau Jawa Part lima

 

Metode dakwah dari Kanjeng Sunan Ampel terkenal dengan keunikannya dimana ia melakukan upaya akulturasi dan asimilasi dari aspek budaya pra-Islam dengan Islam, baik melalui jalan sosial, budaya, politik, ekonomi, mistik, kultus, ritual, tradisi keagamaan, maupun konsep sufisme yang khas untuk merefleksikan keragaman tradisi Muslim.

Demikianlah kisah Sunan Ampel Raden Rahmat mudah-mudahan mengapresiasi kita untuk mencintai para ulama dan menjadi sebagai rujukan dalam kehidupan untuk dijadikan pedoman dalam perjalanan hidup untuk menuju kampung halaman akhirat (djl) 

Bersambung ke Part 10

 

Kategori :