BACA JUGA:Durian Raja Buah, Kelezatan Khas Seluma Nomor Satu di Bengkulu Rasanya Manis Menawarkan Bau Aroma!
Melihat pasar negara berkembang di Asia Tenggara, Indonesia, misalnya, mendapat manfaat dari pertumbuhan kelas menengah, perluasan infrastruktur, dan peningkatan urbanisasi, sehingga menumbuhkan pasar yang dinamis bagi para pemain ritel tradisional dan modern. Sementara itu, Filipina dan Kamboja menunjukkan potensi besar untuk mengejar ketertinggalan, yang didorong oleh pertumbuhan populasi kelas menengah dan urbanisasi, serta kebijakan pemerintah yang menguntungkan dalam menarik investasi asing.
Bangladesh, sebagai salah satu contoh penting negara berkembang yang mengalami pertumbuhan tinggi di sektor ritel, didorong oleh industri ekspor garmen jadi yang kuat, sehingga menarik merek-merek internasional ternama dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonominya.
Secara keseluruhan, negara-negara APAC berperan sebagai pilar kekuatan dalam pertumbuhan sektor ritel. Sektor e-commerce ritel global diproyeksikan menunjukkan peningkatan penjualan yang kuat, menambah nilai absolut sebesar $1,4 triliun dari tahun 2022 hingga 2027. Dari pertumbuhan ini, 64% diperkirakan berasal dari pasar negara berkembang. Negara-negara APAC, khususnya, diperkirakan akan memimpin upaya digital karena pertumbuhan pesat yang diperkirakan akan terjadi di Tiongkok, india, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan India.
Enam tren utama muncul dalam GRDI tahun ini
Secara global, seiring dengan pertumbuhan ritel yang melampaui pertumbuhan industri tradisional, laporan GRDI mengidentifikasi enam tren penting yang membentuk lanskap ritel di pasar negara berkembang:
BACA JUGA: Oknum Polisi Ditangkap Polisi, Terlibat Kasus Penipuan
Ketidakpastian makroekonomi masih tinggi, dengan pemulihan ekonomi global yang dilakukan secara bertahap dan bervariasi di negara-negara berkembang.
Konsumen beralih ke barang-barang yang lebih murah, lokal, dan berlabel pribadi karena tekanan inflasi.