Batrai ini juga diklaim lebih tahan terhadap kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau ledakan pada baterai. Kemudian baterai LFP juga diklaim memiliki tegangan seluler yang relatif stabil selama penggunaannya, dan mampu bertahan hingga ribuan siklus pengisian daya.
Bahkan dalam uji keelamatan, terbukti baterai mobil listrik Wuling dapat mengatasi benturan keras saat berjalan, serta tidak mengalami kerusakan saat kendaraan mengalami tabrakan dengan akselerasi maksimum 28G.
Dalam uji coba, baterai tersebut juga sudah direndam selama lebih dari 30 menit dengan kedalaman 1 meter sebagai simulasi kondisi hujan dan banjir.
Bahkan tidak ada aliran air yang masuk seiring kondisi baterai tertutup rapat. Batrai kenis LFP juga cenderung tahan terhadap suhu tinggi sehingga terbilang cocok untuk membawa kendaraan saat cuaca panas.
Baterai LFP merupakan salah satu jenis yang diproduksi oleh pabrikan China seperti CATL, dan BYD. Jenis ini disebut lebih murah 20% dibandingkan baterai yang berbasis nikel.
Namun diakui, dilansir dari detik.com, jarak tempuh baterai LFP lebih pendek bila dibandingkan dengan baterai yang berbahan dasar nikel.
Saat ini, BYD yang juga telah memasuki pasar Indonesia memanfaatkan teknologi serupa. Ada tiga model yang diluncurkan BYD Atto 3, Seal, dan Dolphin mengandalkan material lithium iron phosphate. Ketiga model menggunakan teknologi yang diistilahkan ‘Blade Battery’, dikembangkan dari sel-sel tunggal yang disusun dalam sebuah pack baterai.