Berdiri melawan Senyum Malu
Smile Shame mungkin bukan istilah asing bagi banyak orang. Ini merangkum perasaan malu, kesadaran diri, atau rasa tidak aman terkait senyuman seseorang.
Colgate Smile Study 2023 mengungkapkan bahwa tiga dari lima orang di Asia-Pasifik dapat memahami konsep Smile Shame , dan dua dari lima orang pernah mengalaminya secara pribadi. Smile Shame paling banyak dialami di Thailand, dengan 59 persen menyatakan bahwa mereka pernah mengalami hal serupa. Alasan utama yang dikutip di seluruh Asia-Pasifik mengenai kekhawatiran terhadap senyuman mereka adalah kekhawatiran terhadap komentar orang lain, baik dari keluarga, teman, atau orang asing, serta perasaan ragu-ragu secara pribadi.
Australia (85 persen) dan Hong Kong (88 persen) menjadi negara dengan skor terendah ketika ditanya apakah mereka merasa memiliki kebebasan untuk tersenyum kapan pun mereka mau. Dibandingkan dengan pasar lainnya, rata-ratanya adalah 94,5 persen.
Merayakan Keberagaman Senyuman
Smile Shame dikaitkan dengan atribut yang berbeda di seluruh pasar, yang mencerminkan beragam persepsi tentang apa yang membuat senyuman menjadi indah. Atribut seperti warna gigi, struktur gigi, dan pengaruh senyuman terhadap penampilan wajah memiliki arti yang berbeda-beda.
Colgate Smile Study 2023 juga mengungkapkan bahwa kekhawatiran tentang persepsi eksternal terhadap senyuman mereka dan ketakutan akan penilaian merupakan faktor signifikan yang menghambat individu untuk secara bebas mengekspresikan senyuman asli dan spontan mereka.
#FreeYourSmile adalah langkah pertama dalam misi Colgate untuk merayakan semua senyuman dan memerangi Smile Shame , dengan lebih banyak inisiatif yang direncanakan. Gerakan ini mewakili tujuan Colgate untuk menginspirasi individu untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas dan bangga, terlepas dari ketidaksempurnaan yang dirasakan.