Mengenal dan Mengenang Kerajaan Pagaruyung Sumatra Barat

Selasa 15-08-2023,10:34 WIB
Reporter : Radar Seluma
Editor : Radar Seluma

Menjelang akhir abad ke-17, kehidupan ekonomi Kerajaan Pagaruyung yang ditopang oleh produksi emasnya mulai menarik minat Belanda dan Inggris.

Pada 1684, diutuslah Tomas Dias oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malaka ke Pagaruyung. 

Sejak saat itu, mulai terbina komunikasi dan perdagangan antara VOC dan Pagaruyung. Antara 1795 sampai 1819, Pagaruyung sempat berada dalam kekuasaan Inggris.

Namun, setelah ditandatanganinya Traktat London pada 1824, Belanda memastikan kembali pengaruhnya di Pagaruyung.

 

Keruntuhan Kerajaan Pagaruyung 

 

Akibat terjadinya perang Padri 1803-1838 Kerajaan Pagaruyung menjadi runtuh dn kekuasaan Raja Pagaruyung menjadi lemah permusuhan antara keluarga Kerajaan kaum Padri sulit terelakan dan berakibat banyak menimbulkan korban jiwa yang banyak

Kerajaan Pagaruyung terpaksa meminta bantuan kepada Belanda.

Pada 10 Februari 1821, Sultan Alam Bagagarsyah, raja terakhir Pagaruyung, menandatangani pernjanjian dengan Belanda, yang dianggap sebagai bentuk penyerahan. 

Dalam perjanjian itu, Belanda berjanji membantu perang melawan kaum Padri dan sultan akan menjadi bawahan pemerintah pusat. Belanda bahkan berusaha menaklukkan kaum Padri dengan mendatangkan pasukan dari Jawa Tengah dan Maluku

Namun, ambisi Belanda untuk menguasai Pagaruyung membuat kaum adat dan pihak kerajaan bersatu demi memertahankan wilayahnya. 

Alhasil, Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap oleh Belanda pada 1833 atas tuduhan pengkhianatan dan dibuang ke Betawi.

 

BACA JUGA:Validasi DTKS Warga Bengkulu Selatan , Coret Warga Mampu

Kerajaan Pagaruyung runtuh setelah ditandatangani perjanjian antara kaum adat dengan pihak Belanda. 

Kategori :