KAYU ARANG, Radar Seluma.Disway.Id, - Keanekaragaman budaya nusantara tidak terlepas dari budaya nenek moyang secara turun menurun yang dilestarikan di daerah, suku, dan etnis merupakan warna tersendiri dari kekayaan budaya Indonesia diantarnya budaya serawai seluma. Hal ini tentu selaras dengan program ataupun salah satu visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Seluma (Erwin Octavian, SE dan Drs.Gustianto) yaitu Seluma Berbudaya.
Radar Seluma berupaya mengangkat salah satu dari sekian banyak budaya seluma yang hampir nyaris sudah ditinggal oleh masyarakat serawai seluma yaitu jambar. Komon menurut cerita turun menurun yang dikutif dari berbagai sumber bahwa jambar dahulunya merupakan bentuk penebusan dosa atau denda adat bagi pembuat dosa dalam tingkatan sedang seperti perkataan yang tidak menyenangkan, asusila ringan seperti colek mencolek, dan juga sebagai pemebus rasa bersalah (jika ada) pada acara akad nikah, jambar selalu dikedepankan sebagai icon saat rembuk adat dusun belaman.
jambar--
Kemudian pada penebusan rasa bersalah jambar dikedepankan sebagai bentuk nebus dosa didepan pengurus adat setempat, namun bagi masyarakat bukanlah besar atau kecilnya biaya denda yang dibebankan, namun rasa malu didepan masyarakat umumlah yang menjadikan masyarakat tidak berbuat ulah atau masalah dengan orang lain atau dalam istilah sekarang efek jera.
BACA JUGA:Panen Sawit, Warga Suka Bulan Seluma Tewas Kesentrum
Seiring waktu berjalan jambar hanya dikenal saat akad nikah saja, namun pada acara adat lainnya hampir tidak terlihat.