"Ram ini milik anak saya, dan saya hanya memantau dan mengawasi saja. Di ram ini hanya ada potongan sebesar 5 persen, itu karena tandan sawit yang dipotong oleh pabrik. Potongan kami dipabrik sama dengan di ram yaitu 5 persen. Tidak ada potongn lain selain itu, yang bongkar buah dari kendaraan pengangkut adalah karyawan ram bukan upahan dari pemilik atau petani atau potongan harga dari yang mengatar sawitnya ke sini," kata Sarip.
Dilanjutnya sebagai orang tua pemilik ram dirinya selalu menekankan agar melayani petani sawit sekitarnya. "Saya selalu mengingatkan pengelola ram baik yang di Padang Pelasan, Babatan atau di ram milik anak saya yang lain agar selalu melayani petani sawit. Ram ini buka sampai jam 18.00 WIB, asalkan masuk sebelum jam 18 sore kurang sedikit buah tetap dibongkar walau sampai malam. Kami menerima buah bukan hanya dari kawasan ini saja, tetapi dari manapun dia tetap diterima terutama petani yang langsung mengatarnya," imbuhnya.
Kemudian jika di dalam tumpukan tbs yang antar ke ram terdapat buah mentah atau tandan ukurn kecil seperti buah pasir, akan dibicarakan langsung dengan sipemilik atau pengantarnya.
"Jika ditemui buah ukuran tandannya kecil atau di bawah standar, maka dikatakan dengan pemilik atau pengantarnya bahwa buah tersebut tidak masuk ukuran. Mau dibawa pulang silahkan, dan mau dijual ke sini juga silahkan tetapi harganya rendah. Untuk tandan ukuran kecil hanya dihargai Rp1.000,-/Kg, tapi kalau buah mentah, mungkin setiap tokepun akan menolaknya,"pungkasnya. (mrs)