Indro masih peneliti junior. Indro begitu ingin bertemu dengan peneliti yang karyanya ia praktekkan. Indro ingat gara-gara karya Eric ia dilempar 17 kali oleh Dr Lies.
Bisa bertemu.
Indro hanya ingin minta tanda tangan. Bukan di bukunya, tapi di atas berkas hasil penelitiannya. Berkas itu sudah agak lusuh. Tapi bersejarah bagi dirinya.
Saat Indro minta tanda tangan itulah Eric memuji Indro. "Saya pakai cara Anda. Anda hebat. Bagaimana Anda bisa membuat bubuk virus yang mampu bertahan enam bulan," ujar Eric.
Kepala Indro membesar. "Bikinan saya sendiri hanya bisa bertahan dua minggu," ujar Eric. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya.
"Saya hanya mengikuti hasil penelitian Profesor Eric," jawab Indro merendah.
Kini Eric sudah meninggal. Indro tahu dari anaknya. Sang anak ke Bogor juga. Ia bukan peneliti seperti ayahnya. Ia pewaris perusahaan. Penemuan-penemuan Eric telah menjadi kekayaan perusahaan.
Saat tersiksa itu Indro sudah kawin. Sudah punya anak. Ia kawin ketika masih sama-sama mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Waktu wisuda pun anaknya sudah satu.