Mbah Mars
Sapi jantan tidak punya puting ? Punya lah. Hanya saja, seperti manusia laki-laki. Putingnya tidak menonjol. Tidak bisa dipilin-pilin dan dipelintir seperti uliran volume radio. Masih tidak percaya ? Sono cari sapi dan raba-raba sendiri. Wkwkwkwk.
Mirza Mirwan
Tiba-tiba saya merenung. Kalau dari 200 ekor sapi ada 8 ekor yang mati, lalu 58 ekor lagi disembelih dini, berarti begitu banyak sapi yang mengalami nasib serupa. Saya yakin, 200 ekor di Lamongan itu milik peternak yang tergabung dalam koperasi. Sapi milik peternak yang tidak tergabung dalam koperasi tentu juga tidak sedikit. Di kabupaten lainnya mungkin tingkat mortalitas sapi gegara PMK juga seperti itu. Sapi yang disembelih dini juga demikian. Sangat disayangkan, tentu saja. Setahu saya di Kementerian Pertanian itu ada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sang Dirjen tentu sudah tahu reputasi drh. Muhammad Indro Cahyono dalam bidang virus. Mengapa tidak mau melibatkan beliau? Jangan-jangan hanya karena Pak Indro suka membuat pernyataan tentang virus Covid yang, menurut penafsiran Sang Dirjen, terkesan tidak sejalan dengan kebijakan Satgas Covid-19. Jangan-jangan pula organisasi dokter hewan tidak merekomendasikannya. Saya ingat, dulu itu PDHI membuat siaran pers terkait statemen Prof. Nidom dan drh. Indro tentang virus Covid sebagai pernyataan pribadi, bukan PDHI -- ya memang pernyataan pribadi, wong keduanya ahli virus, sedang dokter hewan lain di PDHI bukan. Untuk kepentingan rakyat, semestinya sentimen seperti itu dikesampingkan. Kesannya kok kekanak-kanakan, gitu lho!
Jimmy Marta
Lokakarya spt di lamongan itu sebaiknya diadakan di banyak tempat. Gk banyak narsum spt drh indro ini. Dilihat kiprahnya beliau dah setara profesor. Ilmu mumpuni, namun ringan berbagi. Agar manfaat lebih menyebar, sebaiknya acara diikuti disamping petani peternak juga oleh penyuluh pertanian lapangan. Dari ppl diharapkan dp menjangkau kalangan petani lebih luas. Teruslah berbagi, teruslah menyebar manfaat. Salam semangat