Menguak Gelar Agung “Sultanul Auliya”: Kemuliaan Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Pandangan Islam
Radarseluma.disway.id - Menguak Gelar Agung “Sultanul Auliya”: Kemuliaan Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Pandangan Islam--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id - Dalam khazanah sejarah Islam, terdapat banyak tokoh sufi, ulama, dan wali Allah yang menorehkan jasa besar dalam membimbing umat menuju jalan kebenaran. Di antara sekian banyak wali, nama Syekh Abdul Qadir al-Jailani menempati posisi yang sangat agung dan dihormati di seluruh penjuru dunia Islam. Beliau dikenal dengan berbagai gelar kehormatan, namun yang paling masyhur adalah “Sultanul Auliya” atau “Raja para Wali.”
Pertanyaan yang kerap muncul adalah: Mengapa beliau diberi gelar setinggi itu? Apakah sekadar karena karamah-karamah yang beliau miliki, ataukah terdapat landasan spiritual dan ilmiah yang mendasari kemuliaan tersebut? Artikel ini akan menguraikan secara panjang lebar mengenai gelar “Sultanul Auliya” bagi Syekh Abdul Qadir al-Jailani, dengan merujuk pada Al-Qur’an, hadits, serta penjelasan para ulama.
Kedudukan Wali Allah dalam Al-Qur’an
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa konsep wali Allah telah ditegaskan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut atas mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Ayat ini menegaskan bahwa wali Allah adalah orang-orang yang mencapai tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi sehingga memperoleh kedekatan khusus dengan Allah SWT. Mereka menjadi teladan bagi umat, bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam akhlak, ilmu, dan perjuangan menegakkan agama.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani termasuk dalam golongan ini, bahkan mencapai tingkatan tertinggi sehingga digelari “Sultanul Auliya.” Gelar tersebut bukan semata diberikan oleh murid-muridnya, melainkan pengakuan dari berbagai ulama besar sepanjang zaman atas keilmuan, ketakwaan, dan karamah beliau.
BACA JUGA:Pesona Kharisma Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang Menaklukkan Hati Umat
Hadits tentang Kedekatan Para Wali
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَلا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا...
Artinya:
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain kewajiban-kewajiban yang telah Aku tetapkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia dengar dengannya, penglihatannya yang ia melihat dengannya, tangannya yang ia gunakan untuk memukul, dan kakinya yang ia berjalan dengannya...” (HR. Bukhari, Kitab al-Riqaq).
Hadits ini menunjukkan tingginya kedudukan seorang wali Allah hingga seluruh gerak-geriknya berada dalam bimbingan Allah SWT. Para ulama menilai, Syekh Abdul Qadir al-Jailani termasuk contoh nyata dari makna hadits ini, karena setiap langkah hidupnya mencerminkan ketaatan penuh kepada Allah.
Mengapa Dijuluki “Sultanul Auliya”?
Ada beberapa alasan utama mengapa beliau digelari dengan gelar agung tersebut:
1. Keilmuan yang Luar Biasa
Syekh Abdul Qadir al-Jailani menguasai berbagai disiplin ilmu, baik syariat maupun hakikat. Beliau adalah seorang faqih bermadzhab Hanbali, ahli hadits, mufassir, sekaligus pembimbing spiritual. Ribuan murid hadir dalam majelisnya di Baghdad, mendengarkan tausiyah yang menyejukkan hati dan memperkuat iman.
2. Kepribadian dan Ketakwaan yang Tinggi
Sumber: