Kisah Rasulullah SAW dalam Perjanjian Hudaibiyah: Hikmah Perdamaian
Radarseluma.disway.id - Kisah Rasulullah SAW dalam Perjanjian Hudaibiyah: Hikmah Perdamaian--
Reporter: Juli Irawan Radarseluma.disway.id -Perjanjian Hudaibiyah adalah salah satu peristiwa monumental dalam sejarah perjuangan Rasulullah SAW yang memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Meski pada awalnya perjanjian tersebut terlihat merugikan kaum Muslimin, namun pada kenyataannya ia menjadi pintu gerbang bagi kemenangan besar Islam di kemudian hari. Kisah ini menunjukkan bahwa kemenangan tidak selalu diraih melalui peperangan, melainkan juga dengan strategi diplomasi, kesabaran, dan kebijaksanaan.
Latar Belakang Peristiwa
Pada tahun ke-6 Hijriah, Rasulullah SAW bermimpi bahwa beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram dengan aman untuk melaksanakan umrah. Mimpi Rasulullah SAW adalah wahyu dari Allah SWT, sehingga beliau memutuskan untuk menunaikan umrah bersama sekitar 1.400 sahabat.
Kaum Muslimin berangkat dari Madinah dengan mengenakan pakaian ihram, membawa hewan kurban, dan memperlihatkan niat tulus bahwa perjalanan mereka bukanlah untuk berperang. Namun, kaum Quraisy yang masih memusuhi Islam menolak kedatangan mereka dan bersiap menghadang agar kaum Muslimin tidak memasuki kota Makkah.
Rasulullah SAW kemudian memutuskan untuk berhenti di sebuah tempat bernama Hudaibiyah, sekitar 22 km dari Makkah. Di sanalah akhirnya terjadi perundingan yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
Proses Perundingan
Awalnya, Rasulullah SAW mengutus Utsman bin Affan RA untuk menyampaikan maksud kedatangan kaum Muslimin kepada pemimpin Quraisy. Namun, beredar kabar bahwa Utsman terbunuh di Makkah, sehingga para sahabat berikrar untuk berjuang hingga akhir. Ikrar ini dikenal dengan Bai’at Ridwan, yang disebut dalam Al-Qur’an:
لَّقَدْ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَـٰبَهُمْ فَتْحًۭا قَرِيبًۭا
Artinya; “Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat.”.(QS. Al-Fath: 18)
Ternyata, kabar tentang wafatnya Utsman adalah tidak benar. Tak lama kemudian, Quraisy mengirim utusan untuk berunding, dan akhirnya delegasi Quraisy dipimpin oleh Suhail bin Amr datang menemui Rasulullah SAW.
BACA JUGA:Kisah Agung Perang Uhud: Ujian Keimanan dan Pelajaran Abadi bagi Umat Islam
Isi Perjanjian Hudaibiyah
Setelah melalui pembicaraan panjang, tercapailah beberapa poin perjanjian, yaitu:
1. Kaum Muslimin tidak jadi melaksanakan umrah tahun itu. Mereka harus kembali ke Madinah, namun diperbolehkan datang kembali tahun depan dengan syarat hanya tinggal selama tiga hari di Makkah tanpa membawa senjata perang.
2. Gencatan senjata selama sepuluh tahun antara kaum Muslimin dan Quraisy. Kedua pihak dilarang saling menyerang.
3. Jika ada orang Quraisy yang lari ke pihak Muslimin di Madinah tanpa izin walinya, maka harus dikembalikan. Namun, jika ada orang Muslim yang kembali kepada Quraisy, maka pihak Quraisy tidak berkewajiban mengembalikannya.
4. Suku-suku Arab bebas memilih untuk bersekutu dengan pihak Quraisy atau kaum Muslimin.
Reaksi Para Sahabat
Banyak sahabat merasa kecewa dengan isi perjanjian ini. Umar bin Khattab RA bahkan mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di pihak yang benar?” Rasulullah SAW menjawab dengan penuh keteguhan, “Benar.” Umar bertanya lagi, “Bukankah mereka itu berada di pihak yang batil?” Rasulullah menjawab, “Benar.” Umar lalu berkata, “Mengapa kita harus menerima kehinaan dalam agama kita?”
Namun Rasulullah SAW dengan penuh kesabaran menenangkan para sahabat. Beliau meyakinkan bahwa semua ini adalah ketentuan Allah SWT yang pasti akan membawa kebaikan. Kesabaran dan kebijaksanaan Rasulullah akhirnya membuat para sahabat tetap patuh dan berpegang teguh pada perintah beliau.
BACA JUGA:Kisah Rasulullah SAW dalam Perang Badar yang Bersejarah
Al-Qur’an Menegaskan Kemenangan
Meski lahiriahnya tampak merugikan, Allah SWT menurunkan ayat yang menegaskan bahwa perjanjian ini adalah sebuah kemenangan besar:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًۭا مُّبِينًۭا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (QS. Al-Fath: 1)
Ayat ini menegaskan bahwa Perjanjian Hudaibiyah adalah pintu menuju kemenangan Islam. Dengan adanya gencatan senjata, dakwah Islam bisa menyebar dengan lebih luas tanpa dihalangi oleh Quraisy.
Hikmah dari Perjanjian Hudaibiyah
Peristiwa ini sarat makna dan hikmah yang bisa dipetik hingga hari ini, di antaranya:
1. Kesabaran Adalah Kemenangan
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kesabaran menghadapi situasi sulit justru akan membawa hasil yang lebih baik daripada tergesa-gesa.
2. Kemenangan Tidak Selalu dengan Pedang
Melalui perjanjian damai, umat Islam justru berhasil memperluas pengaruh dakwah lebih cepat daripada melalui peperangan.
3. Pentingnya Diplomasi
Rasulullah SAW menunjukkan kebijaksanaan dalam berdiplomasi, bahwa politik dan perjanjian damai juga bagian dari strategi perjuangan.
4. Menepati Janji
Meskipun terlihat merugikan, Rasulullah SAW tetap mematuhi perjanjian. Hal ini menjadi teladan mulia dalam menjaga amanah dan kepercayaan.
5. Persiapan Menuju Kemenangan Besar
Setelah Hudaibiyah, semakin banyak suku Arab masuk Islam. Inilah yang kemudian memudahkan terjadinya Fathu Makkah (Pembebasan Makkah) dua tahun setelahnya, tanpa pertumpahan darah yang berarti.
Perjanjian Hudaibiyah adalah bukti bahwa Islam bukanlah agama yang haus perang, melainkan agama yang menjunjung tinggi perdamaian. Rasulullah SAW dengan kebijaksanaan dan kesabaran beliau mampu mengubah peristiwa yang tampak merugikan menjadi kemenangan besar.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua bahwa dalam menghadapi persoalan hidup, kadang kita perlu menahan diri, bersabar, dan memilih jalan damai demi tercapainya tujuan yang lebih besar. Sesungguhnya, kemenangan hakiki adalah ketika Allah SWT meridai perjuangan hamba-hamba-Nya. (djl)
Sumber: