Menggugat Kemerdekaan: Bebaskah Kita dari Penjajahan Dosa, Korupsi, dan Ketidakadilan?
Radarseluma.disway.id - Menggugat Kemerdekaan: Bebaskah Kita dari Penjajahan Dosa, Korupsi, dan Ketidakadilan?--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Indonesia telah meraih kemerdekaan sejak 17 Agustus 1945. Proklamasi yang dikumandangkan kala itu menjadi tonggak sejarah, menandai lepasnya bangsa ini dari belenggu penjajahan asing. Namun setelah hampir delapan dekade merdeka, pertanyaan besar muncul: apakah kita benar-benar sudah merdeka?
Secara politik dan fisik, kita memang berdaulat. Namun, di balik gegap gempita kemerdekaan, negeri ini masih terbelenggu oleh dosa yang menjalar dalam berbagai bentuk: korupsi yang merajalela, ketidakadilan sosial, kemewahan para pejabat yang berpesta di atas penderitaan rakyat, dan kemiskinan yang menghimpit jutaan masyarakat kecil.
Sungguh ironis, ketika sebagian rakyat berjuang dengan susah payah mencari sesuap nasi, sementara para koruptor hidup berfoya-foya dari uang haram hasil menjarah kekayaan negara. Inilah bentuk penjajahan baru—penjajahan oleh hawa nafsu, kerakusan, dan dosa—yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan penjajahan fisik.
Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Ayat ini sangat relevan dengan realita bangsa hari ini. Korupsi adalah bentuk nyata memakan harta rakyat secara batil. Maka menggugat makna kemerdekaan menjadi penting: apakah bangsa ini benar-benar merdeka, atau masih terjajah oleh dosa-dosa yang dilakukan oleh para penguasa dan rakyatnya sendiri?
Kemerdekaan Jasmani vs Ruhani
Kemerdekaan sejati bukan hanya soal bebas dari penjajahan bangsa lain. Lebih dari itu, ia adalah kebebasan ruhani—terlepas dari perbudakan dosa. Namun, yang kita saksikan kini justru sebaliknya: kemerdekaan jasmani diraih, tapi ruhani bangsa ini masih terbelenggu.
Korupsi, kolusi, nepotisme, hingga gaya hidup mewah para pejabat adalah bukti bahwa bangsa ini belum merdeka dari dosa. Mereka yang seharusnya menjadi teladan justru memperlihatkan kerakusan.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah di dalamnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian beramal.” (HR. Muslim)
Sumber: