Kisah Uwais Al-Qarni: Pemuda Langit yang Tak Dikenal di Bumi
Radarseluma.disway.id - Kisah Uwais Al-Qarni: Pemuda Langit yang Tak Dikenal di Bumi--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Dalam sejarah Islam, ada nama yang tidak tercatat dalam deretan sahabat Nabi Muhammad Rasulullah SAW, tetapi namanya bergema di langit. Dialah Uwais al-Qarni, seorang tabi'in yang tak pernah bertemu langsung dengan Rasulullah SAW, namun keutamaan dan kecintaannya kepada ibunya menjadikannya manusia pilihan. Namanya masyhur bukan karena kedudukannya di dunia, melainkan karena kemuliaannya di sisi Allah dan Rasul-Nya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebutnya sebagai pemuda dari Yaman yang doanya mustajab dan bahkan menyuruh Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk meminta doa kepadanya. Siapakah sebenarnya Uwais al-Qarni? Apa yang menjadikannya istimewa hingga Rasulullah SAW begitu memuliakannya?
Kisah Kehidupan Uwais al-Qarni
Uwais al-Qarni berasal dari wilayah Qarn, Yaman. Ia hidup dalam kondisi miskin dan sederhana. Ibunya seorang wanita tua yang lumpuh dan buta, sehingga seluruh waktunya ia curahkan untuk merawat ibunya dengan penuh cinta dan bakti. Ia bekerja sebagai penggembala dan hanya mampu makan sedikit agar ibunya tidak kekurangan.
Meski begitu, cintanya kepada Rasulullah SAW sangat mendalam. Ia sangat ingin berjumpa dengan Nabi, namun karena baktinya kepada ibunya yang tak bisa ditinggal, ia memilih tetap tinggal di Yaman. Ketika suatu waktu ia mendapatkan kesempatan ke Madinah, Nabi sedang tidak berada di rumah. Ia pun kembali tanpa menemui Rasulullah SAW, karena khawatir ibunya mencari dan membutuhkannya.
Inilah yang menjadikan Uwais begitu istimewa. Ia mengorbankan impian pribadinya untuk menemui Rasulullah SAW demi berbakti kepada ibunya. Rasulullah SAW mengetahui hal itu melalui wahyu dan menyampaikan kabar tentangnya kepada para sahabat.
BACA JUGA:Teguhkan Hati, Kuatkan Jiwa: Menemukan Ketenangan Hidup Melalui Shalat dan Dzikir
Hadits Tentang Keutamaan Uwais al-Qarni
Rasulullah SAW bersabda:
يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَفْوَاجِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ، فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكُمْ فَافْعَلُوا
Artinya: "Akan datang kepada kalian seorang yang bernama Uwais bin Amir bersama rombongan dari Yaman, dari Murad kemudian dari Qarn. Ia dahulu menderita penyakit kulit (barash), lalu sembuh kecuali sebesar uang dirham. Ia sangat berbakti kepada ibunya. Jika ia bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkan. Jika kalian bisa memintanya untuk memohonkan ampun kepada Allah bagi kalian, maka mintalah."(HR. Muslim no. 2542)
Hadits ini menunjukkan betapa tingginya derajat Uwais di sisi Allah. Meski tak pernah bertemu dengan Nabi secara langsung, ia mendapatkan pujian dan pengakuan dari Rasulullah SAW karena bakti luar biasa kepada ibunya.
Dalil Al-Qur’an Tentang Berbakti kepada Orang Tua
Keutamaan Uwais tidak lepas dari perintah Allah dalam Al-Qur’an tentang birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua):
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya..." (QS. Al-Isra: 23)
Uwais menjalankan ayat ini bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga batiniah. Ia merawat ibunya dengan ikhlas, sepenuh hati, dan mengorbankan kesempatan luar biasa untuk bertemu Nabi demi merawat ibunya.
Pertemuan dengan Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Umar bin Khattab selalu mencari Uwais setiap kali ada rombongan dari Yaman yang datang ke Madinah. Ketika akhirnya menemukannya, Umar dan Ali berkata:
“Engkaulah Uwais bin ‘Amir?”
Ia menjawab, “Ya.”
Mereka berkata, “Engkau dari Murad lalu dari Qarn?”
Ia menjawab, “Ya.”
Mereka berkata, “Engkau pernah menderita penyakit kulit lalu engkau sembuh kecuali sebesar dirham?”
Ia menjawab, “Ya.”
Mereka berkata, “Engkau punya ibu dan engkau sangat berbakti kepadanya?”
Ia menjawab, “Ya.”
Umar berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa akan datang kepada kalian Uwais bin Amir… Jika kamu mampu agar dia memohonkan ampun untukmu, maka lakukanlah.”
Umar kemudian meminta Uwais untuk mendoakan agar Allah mengampuninya. Ini adalah pemandangan luar biasa, di mana seorang khalifah meminta doa dari seseorang yang tidak dikenal manusia, tapi dikenal langit.
BACA JUGA:Menyambut Musibah dengan Iman dan Ilmu: Jalan Menuju Ketenangan dan Hikmah
Pelajaran dan Hikmah dari Kisah Uwais al-Qarni
1. Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua
Uwais membuktikan bahwa ridha Allah terletak pada ridha orang tua. Bahkan tanpa bertemu Nabi, ia tetap menjadi sosok istimewa.
2. Ketulusan dalam Ibadah
Uwais tidak mencari pujian atau kedudukan duniawi. Ia beribadah dengan ikhlas, hanya mengharapkan ridha Allah.
3. Tidak Terkenal di Bumi, Tapi Masyhur di Langit
Uwais adalah contoh nyata bahwa kemuliaan sejati bukanlah ketenaran atau harta, tapi kedekatan kepada Allah.
4. Doa Orang Shalih Mustajab
Rasulullah SAW menyebut bahwa doa Uwais mustajab. Ini menjadi motivasi bagi umat untuk menjaga amal dan hati agar doanya dikabulkan
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Kisah Uwais al-Qarni mengajarkan kita bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya bukan hanya ditunjukkan dengan kata, tetapi dengan pengorbanan dan amal nyata. Ia adalah teladan luar biasa dalam hal berbakti kepada orang tua, ketulusan, dan kerendahan hati.
Walaupun tidak terkenal, tidak kaya, dan hidup dalam kesederhanaan, Allah mengangkat derajatnya karena hatinya yang bersih dan amalnya yang ikhlas. Rasulullah ﷺ sendiri menyebut namanya, dan para sahabat besar memintanya untuk berdoa. Ini bukti bahwa kedekatan dengan Allah adalah kemuliaan sejati.
Di tengah era yang mengedepankan popularitas dan pencitraan, kisah Uwais al-Qarni menjadi pengingat bahwa keistimewaan di sisi Allah tidak selalu tampak di mata manusia. Ia adalah pemuda langit yang tidak dikenal di bumi. Marilah kita meneladani baktinya, ikhlasnya, dan kerendahan hatinya. Karena siapa tahu, dalam ketidakpopuleran dan kesederhanaan kita, Allah menyimpan derajat yang tinggi sebagaimana pada diri Uwais al-Qarni. (djl)
Sumber: