Meneladani Semangat Hijrah Para Tabi’in: Cahaya Perjuangan Iman yang Tak Padam
Radarseluma.disway.id - Meneladani Semangat Hijrah Para Tabi’in: Cahaya Perjuangan Iman yang Tak Padam--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Hijrah bukanlah sekadar berpindah tempat atau meninggalkan kampung halaman, tetapi lebih dalam dari itu: hijrah adalah sebuah proses transformatif dalam kehidupan seorang Muslim berpindah dari kegelapan menuju cahaya, dari kelalaian menuju kesadaran, dari dunia yang melenakan menuju akhirat yang menjanjikan keselamatan abadi. Dalam sejarah Islam, kita mengenal para Nabi dan sahabat sebagai teladan utama dalam hijrah. Namun, tak kalah pentingnya, generasi Tabi’in, yaitu mereka yang hidup setelah para sahabat dan sempat berinteraksi langsung dengan mereka, juga memberikan warisan keteladanan dalam semangat hijrah, baik secara fisik, intelektual, maupun spiritual.
Meneladani semangat hijrah para Tabi’in bukan hanya menghidupkan semangat Islam yang murni, tetapi juga membumikan nilai-nilai perjuangan, ilmu, dan kesungguhan dalam menjalani agama di tengah tantangan zaman.
Hijrah dalam Al-Qur’an dan Hadis
Allah SWT telah menjadikan hijrah sebagai bagian penting dalam perjalanan keimanan:
وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةًۚ
Artinya: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (QS. An-Nisa: 100)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa hijrah bukanlah beban, tetapi justru jalan untuk meraih kelapangan, baik lahir maupun batin. Dalam hadis Nabi Muhammad Rasulullah SAW juga disebutkan:
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Artinya: “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan dimensi spiritual hijrah. Tak lagi semata berpindah tempat, tapi berani meninggalkan maksiat, kemunafikan, dan segala bentuk kelalaian kepada Allah.
BACA JUGA:Menata Ulang Waktu: Menjadi Hamba yang Produktif dan Dekat dengan Ibadah
Tabi’in: Generasi Penjaga Cahaya Kenabian
Generasi Tabi’in adalah mata rantai penting dalam kesinambungan ajaran Islam. Mereka adalah murid dari para sahabat Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan banyak dari mereka yang juga berhijrah dari tempat kelahirannya demi menuntut ilmu, berdakwah, atau menjaga diri dari fitnah dunia.
Di antara Tabi’in yang terkenal dengan semangat hijrahnya adalah:
1. Hasan Al-Bashri (wafat 110 H)
Lahir di masa kekhalifahan Umar bin Khattab di kota Madinah dan dibesarkan dalam lingkungan penuh ilmu. Ia berhijrah ke Basrah dan menjadikan kota itu sebagai pusat keilmuan Islam. Hasan Al-Bashri bukan hanya dikenal sebagai ahli ibadah dan zuhud, tetapi juga pemberani dalam menyuarakan kebenaran di hadapan penguasa.
Ia berkata:
“Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan dari hari-harimu. Bila satu harimu berlalu, maka sebagian dari dirimu juga telah pergi.”
Semangat hijrah dalam hidup Hasan Al-Bashri tercermin dalam konsistensinya berpindah dari dunia yang fana menuju kehidupan yang penuh kedekatan dengan Allah.
2. Said bin Al-Musayyib (wafat 94 H)
Dikenal sebagai ahli fikih dari kalangan Tabi’in yang tak gentar menghadapi penguasa zalim. Ia menolak lamaran putri Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk putranya demi menjaga prinsip. Hijrahnya adalah hijrah intelektual—dari ketergantungan pada kekuasaan menuju keteguhan pada prinsip agama.
3. Urwah bin Az-Zubair
Seorang ulama besar dan ahli hadits, ia banyak mengembara dari Madinah ke Syam untuk mengumpulkan hadits dan ilmu. Keteguhannya dalam menuntut ilmu menjadi simbol hijrah keilmuan yang sejati.
BACA JUGA:Menjadi Muslim yang Menebar Manfaat Lewat Hijrah: Transformasi Diri Menuju Kebaikan Umat
Pelajaran Berharga dari Semangat Hijrah Tabi’in
1. Hijrah Ilmu dan Spiritualitas
Tabi’in rela menempuh ribuan kilometer demi mempelajari satu hadits. Mereka menghidupkan semangat hijrah intelektual—dari kebodohan menuju ilmu yang membimbing. Dalam dunia hari ini, ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus belajar, bukan hanya di bangku sekolah, tetapi dalam majelis ilmu, buku, dan diskusi kebaikan.
2. Hijrah dari Dunia ke Akhirat
Sebagaimana dikatakan oleh Hasan Al-Bashri, mereka menyadari bahwa dunia ini hanya tempat singgah. Hidup mereka dipenuhi zikir, amal shalih, dan pengabdian yang tidak berharap balasan dunia.
3. Hijrah dalam Keteguhan Prinsip
Ketika dunia menawarkan kekuasaan dan kenyamanan, para Tabi’in lebih memilih hidup dalam kesederhanaan namun tetap di atas kebenaran. Ini adalah pelajaran mahal bagi kita yang hidup di era kompromi nilai.
Hijrah Tak Pernah Usang
Hijrah tidak hanya berlaku di zaman Nabi Muhammad Rasulullah SAW dan sahabat, tetapi juga dilanjutkan oleh para Tabi’in yang menjadi penjaga bara iman di tengah zaman. Mereka membuktikan bahwa hijrah adalah jalan perjuangan yang terus relevan dari dunia menuju akhirat, dari kebodohan menuju ilmu, dari hawa nafsu menuju keridhaan Allah.
Generasi Muslim hari ini sangat membutuhkan semangat Tabi’in kesungguhan dalam menuntut ilmu, keberanian dalam menjaga akidah, dan konsistensi dalam ibadah. Meneladani mereka berarti menjadikan hidup ini sebagai perjalanan menuju Allah, dengan terus memperbaiki diri, menjaga prinsip, dan berkontribusi dalam dakwah serta kebaikan.
Di bulan Muharam, bulan yang dikenal sebagai bulan hijrah, mari kita merenungi kembali makna hijrah sejati dengan meneladani para Tabi’in. Kita bukan hanya perlu berpindah secara fisik, tetapi juga secara spiritual—dari gelapnya maksiat menuju cahaya taat, dari lalai menuju sadar, dari ego menuju pengabdian kepada Allah SWT.
Semangat hijrah para Tabi’in bukan sekadar kisah masa lalu, tetapi lentera untuk masa depan umat. Mari kita hidupkan kembali nilai-nilai hijrah dalam kehidupan sehari-hari.
“Barangsiapa yang hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim) (djl)
Sumber: