Jangan Tinggalkan Amal Karena Takut Riya: Menjaga Niat Tetap Lurus dalam Ibadah

Jangan Tinggalkan Amal Karena Takut Riya: Menjaga Niat Tetap Lurus dalam Ibadah

Radarseluma.disway.id - Jangan Tinggalkan Amal Karena Takut Riya: Menjaga Niat Tetap Lurus dalam Ibadah--

"Amal Saleh dan Godaan Niat"

Reporter: Juli Irawan

Radarseluma.disway.id - Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, amal saleh adalah pilar penting yang menjadi jembatan menuju ridha Allah dan surga-Nya. Namun, dalam setiap amal yang dilakukan, setan tidak tinggal diam. Ia membisikkan godaan agar amal yang seharusnya lillahi ta’ala justru ternodai oleh riya (pamer), sum’ah (ingin didengar), dan ujub (bangga diri). Lebih parahnya, ada orang yang akhirnya meninggalkan amal hanya karena takut dicap riya, padahal amal tersebut sebenarnya ikhlas.

Inilah yang disoroti oleh para ulama: meninggalkan amal karena takut riya juga termasuk riya terselubung. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa meluruskan niat lebih utama daripada meninggalkan amal.

Bahaya Riya dalam Amal

Allah SWT telah memperingatkan tentang riya dalam Al-Qur’an sebagai perbuatan yang membatalkan pahala amal. Firman Allah:

يُرَاؤُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya: “Mereka bermaksud riya (pamer) di hadapan manusia, dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)

Dalam ayat ini, Allah mencela orang-orang munafik yang melakukan ibadah hanya untuk dilihat manusia. Mereka bukan hanya kehilangan pahala, tetapi juga terjerumus dalam kemunafikan.

Nabi Muhammad SAW pun menegaskan bahayanya riya:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ، قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad, no. 23630)

Riya disebut syirik kecil karena pelakunya menjadikan manusia sebagai tujuan amalnya, bukan Allah.

BACA JUGA:Tetap Tangguh di Jalan Iman: Menjadi Muslim Konsisten Setelah Puncak Ibadah

Meninggalkan Amal Karena Takut Riya: Kesalahan yang Halus

Banyak orang meninggalkan amal kebaikan seperti sedekah, mengajar, atau berdakwah hanya karena takut disebut riya. Padahal, ini juga bisa menjadi bentuk tipu daya setan.

Imam Al-Fudhoil bin ‘Iyadh رحمه الله mengatakan yang artinya: 

“Meninggalkan amal karena manusia adalah riya. Melakukan amal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah jika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”

Meninggalkan amal karena takut disebut riya berarti kita tetap menjadikan manusia sebagai pusat perhatian. Ini justru menjauhkan kita dari keikhlasan. Yang benar adalah meluruskan niat, bukan menghentikan amal.

Kiat Menjaga Niat Tetap Ikhlas

1. Selalu Mengoreksi Niat Sebelum dan Setelah Amal

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Artinya: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat yang benar adalah fondasi diterimanya amal. Oleh karena itu, seorang Muslim harus selalu memperbaharui dan memperbaiki niatnya.

2. Menyembunyikan Amal Jika Bisa

Amal yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi lebih mendekati keikhlasan, selama tidak menyebabkan kewajiban terabaikan. Misalnya, dalam sedekah:

إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah, itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 271)

3. Berdoa Minta Keikhlasan

Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa agar terhindar dari riya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dalam keadaan aku sadar, dan aku memohon ampun kepada-Mu atas sesuatu yang tidak aku sadari.” (HR. Ahmad, no. 27830)

BACA JUGA:Menjaga Spirit Haji di Mana pun Berada: Ibadah Haji Bukan Hanya di Tanah Suci

Contoh Nyata dari Salafus Shalih

Para ulama salaf sangat menjaga amal mereka dari riya. Diceritakan bahwa ada di antara mereka yang menangis dalam shalat malam, namun istrinya sendiri tidak tahu karena mereka menutupi dengan suara batuk.

Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata yang artinya: 

“Demi Allah, tidaklah seseorang menundukkan hatinya karena Allah, kecuali Allah akan menguatkan amalnya.”

Mereka bukan hanya menghindari riya, tapi juga berusaha agar tidak ada satu pun manusia tahu amal ibadah mereka 

Luruskan Niat, Jangan Tinggalkan Amal

Meninggalkan amal karena takut riya bukanlah solusi, tetapi jebakan halus dari setan. Justru yang harus dilakukan adalah berjuang melawan niat yang tergelincir, meluruskan niat karena Allah, dan tetap menjalankan amal dengan istiqamah.

Ikhlas adalah pekerjaan hati yang terus diuji. Maka jangan biarkan pandangan orang lain menghentikan langkah kita menuju kebaikan. Amal yang dilakukan dengan tulus, walau kecil, lebih bernilai di sisi Allah dibanding amal besar yang tercemar niat.

Tetap Beramal, Tetap Ikhlas

Mari kita renungkan kembali: siapa yang sebenarnya menjadi tujuan amal kita? Jika jawabannya adalah Allah, maka tidak ada alasan untuk berhenti beramal hanya karena takut dicap riya. Ingatlah, amal yang kita tinggalkan karena manusia adalah bentuk lain dari riya itu sendiri.

Teruslah berbuat baik, teruslah menebar manfaat, dan jagalah hati agar tetap hanya berharap ridha dari Allah semata. Sebab di akhirat kelak, hanya keikhlasan yang menyelamatkan. (djl)

Sumber:

Berita Terkait