Menyantuni Anak Yatim di Bulan Zulhijjah
Radarseluma.disway.id - Menyantuni Anak Yatim di Bulan Zulhijjah--
Radarseluma.disway.id - Bulan Zulhijjah merupakan salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam. Allah SWT telah memilihnya sebagai waktu pelaksanaan ibadah-ibadah besar seperti haji, wukuf di Arafah, dan penyembelihan hewan qurban. Di antara keutamaan bulan ini adalah dorongan untuk memperbanyak amal saleh dan memperhatikan kaum dhuafa, termasuk anak-anak yatim yang membutuhkan uluran kasih sayang dan perhatian dari kita semua.
Anak yatim adalah anak yang kehilangan ayahnya sebelum ia baligh. Dalam syariat Islam, mereka memiliki kedudukan mulia dan istimewa. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memperhatikan nasib mereka, menyayangi, serta menyantuni mereka dengan kasih sayang dan kepedulian.
Keutamaan Menyantuni Anak Yatim
Menyantuni anak yatim bukan hanya amalan sosial, tetapi ibadah yang berpahala besar di sisi Allah SWT. Menyantuni anak yatim mengandung nilai empati, kasih sayang, keadilan sosial, dan menjadi sarana penyucian jiwa.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 215 yang mana berbunyi:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلْ مَا أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada dua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang yang sedang dalam perjalanan.'" (QS. Al-Baqarah: 215)
Ayat ini menunjukkan bahwa anak yatim termasuk pihak yang berhak menerima infaq dan perhatian dari umat Islam. Memberi kepada mereka adalah bentuk kesalehan yang Allah cintai.
Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan menyantuni anak yatim dengan sabdanya:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Artinya: "Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini," (beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan merapatkan keduanya). (HR. Bukhari, no. 5304)
Hadis ini menunjukkan betapa dekatnya kedudukan orang yang menyantuni anak yatim dengan Nabi SAW di surga kelak. Ini adalah motivasi besar bagi kita untuk berlomba dalam meraih kedudukan mulia tersebut.
BACA JUGA:Idul Adha: Momentum Menyucikan Hati dan Menguatkan Tauhid
Mengapa Bulan Zulhijjah Waktu yang Tepat Menyantuni Anak Yatim
Zulhijjah adalah bulan yang dipenuhi oleh keutamaan amal saleh. Dalam sepuluh hari pertama Zulhijjah, Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk memperbanyak ibadah dan kebajikan.
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang amal saleh lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah.” (HR. Bukhari, no. 969)
Menyantuni anak yatim termasuk amal saleh yang sangat utama. Maka, dilakukan pada waktu yang mulia seperti Zulhijjah akan menggandakan nilai pahala dan keberkahannya. Terlebih lagi, di sekitar hari Idul Adha, saat umat Islam bersuka cita dengan makanan dan pakaian baru, anak yatim kadang terpinggirkan dan terlupakan. Inilah saat yang tepat untuk mengulurkan tangan kepada mereka, menghibur hati mereka, dan membahagiakan mereka.
Bentuk-Bentuk Menyantuni Anak Yatim
Menyantuni anak yatim tidak sebatas memberikan uang. Ada banyak bentuk kepedulian dan perhatian yang bisa diberikan, antara lain:
1. Memberikan makanan dan pakaian: Terutama menjelang Idul Adha agar mereka bisa merasakan kebahagiaan seperti anak-anak lainnya.
2. Memberikan pendidikan dan biaya sekolah: Agar mereka memiliki masa depan yang cerah.
3. Mengajak mereka ikut dalam kegiatan sosial atau keagamaan: Agar mereka merasa diakui dan diterima dalam lingkungan masyarakat.
4. Memberikan kasih sayang dan perhatian moral: Terkadang yang dibutuhkan anak yatim bukan sekadar materi, tetapi sentuhan kasih yang mereka rindukan dari sosok orang tua.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَةٌ
Artinya: “Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap helai rambut yang disentuhnya akan mendapat satu kebaikan.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menunjukkan bahwa menyentuh hati anak yatim bahkan dengan belaian kasih pun dihitung sebagai kebaikan yang besar.
BACA JUGA:Hakikat Ibadah Kurban: Wujud Ketaatan, Bukan Sekadar Ritual
Dampak Sosial Menyantuni Anak Yatim
Selain berpahala besar di akhirat, menyantuni anak yatim juga berdampak baik bagi masyarakat. Di antaranya:
* Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial
* Menumbuhkan rasa empati dan persaudaraan sesama Muslim
* Menjauhkan anak yatim dari pengaruh buruk lingkungan
* Membangun generasi yang berdaya dan berkualitas
Masyarakat yang peduli terhadap anak yatim adalah masyarakat yang sehat secara moral dan spiritual. Sebaliknya, Rasulullah SAW memperingatkan keras bagi mereka yang mengabaikan anak yatim.
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
Artinya: "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim." (QS. Al-Ma’un: 1-2)
Ayat ini menggambarkan bahwa mengabaikan anak yatim adalah tanda lemahnya iman dan dustanya seseorang terhadap ajaran agama.
Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Bulan Zulhijjah adalah momentum berharga untuk memperbanyak amal kebajikan. Di antara amal yang sangat dianjurkan adalah menyantuni anak yatim. Islam memberikan kedudukan tinggi kepada mereka dan menjanjikan pahala besar bagi siapa pun yang memperhatikan dan menyayangi mereka. Menyantuni anak yatim bukan hanya kewajiban sosial, tetapi juga jalan menuju surga bersama Rasulullah SAW.
Dalam suasana pengorbanan dan kepedulian di bulan Zulhijjah ini, mari kita jadikan momen Idul Adha tidak hanya sebagai hari raya qurban hewan, tetapi juga qurban jiwa, waktu untuk berbagi kasih sayang kepada mereka yang kehilangan orang tua. Menyantuni mereka adalah bentuk syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita, sekaligus cara kita menggapai ridha-Nya. (djl)
Sumber: