Idul Adha: Momentum Menyucikan Hati dan Menguatkan Tauhid
Radarseluma.disway.id - Idul Adha: Momentum Menyucikan Hati dan Menguatkan Tauhid--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Idul Adha bukan sekadar perayaan tahunan umat Islam. Ia adalah simbol ketaatan, ketundukan, dan keteguhan iman. Setiap 10 Zulhijjah, kaum Muslimin di seluruh dunia memperingati peristiwa agung dalam sejarah keimanan: kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail 'alaihissalam. Pengorbanan yang mereka lakukan bukan hanya berupa fisik, tetapi lebih dari itu—pengorbanan hati, hawa nafsu, dan dunia demi menjalankan perintah Allah. Inilah esensi Idul Adha yang sejati: menyucikan hati dan menguatkan tauhid.
Makna Tauhid dalam Kisah Ibrahim AS
Tauhid (mengesakan Allah) adalah inti ajaran Islam. Nabi Ibrahim dikenal sebagai “Abul Anbiya” (bapaknya para nabi) sekaligus sebagai teladan dalam tauhid. Ia dengan tegas menolak segala bentuk kemusyrikan, bahkan rela berkonflik dengan ayah dan kaumnya.
Allah Swt. berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, ‘Apakah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.’” (QS. Al-An'am: 74)
Keteguhan Nabi Ibrahim diuji puncaknya saat Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya sendiri. Perintah yang berat dan seolah tidak masuk akal, tetapi karena kuatnya tauhid dalam hati, beliau melaksanakan tanpa ragu.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Kisah ini adalah teladan bagi seluruh umat bahwa tauhid sejati adalah mendahulukan perintah Allah di atas segalanya, termasuk terhadap cinta kepada anak.
BACA JUGA:Makna Filosofi Rangkaian Perjalanan Haji Bagi Umat Muslim
Idul Adha dan Penyucian Hati
Penyembelihan hewan kurban bukan sekadar ritual fisik, tetapi simbol dari penyembelihan sifat ego, hawa nafsu, cinta dunia, dan syahwat yang menodai hati. Allah tidak butuh daging atau darah dari hewan kurban, tapi yang Dia nilai adalah ketakwaan kita.
Allah Swt. menegaskan:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)
Idul Adha adalah saat untuk menyucikan hati dari penyakit seperti riya, sombong, dan tamak. Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Dengan kata lain, momen Idul Adha adalah kesempatan untuk muhasabah, memperbaiki niat, dan kembali menguatkan hubungan batin dengan Allah.
Tauhid dan Ujian Kehidupan
Sebagaimana Nabi Ibrahim diuji, setiap Muslim pasti akan diuji imannya. Ujian ini bentuknya bermacam-macam: kesulitan ekonomi, sakit, kehilangan, godaan dunia, dan sebagainya. Dalam menghadapi itu semua, hanya tauhid yang kokoh yang bisa menjaga kita tetap sabar dan istiqamah.
Rasulullah Saw. bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Artinya: “Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisal, lalu yang semisal.” (HR. Tirmidzi)
Ujian tidak melemahkan iman, justru menguatkan tauhid kita. Sebagaimana Nabi Ibrahim, kita pun diuji agar semakin mendekat kepada Allah.
BACA JUGA:Keteladanan Pengorbanan dan Keikhlasan Kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.
Meneladani Ibrahim dan Ismail dalam Kehidupan
Idul Adha mengajarkan bahwa iman dan tauhid sejati harus tampak dalam perilaku. Meneladani Nabi Ibrahim berarti menanamkan keteguhan iman, kesabaran, dan sikap tawakal. Meneladani Nabi Ismail berarti siap taat kepada orang tua dan tunduk kepada perintah Allah, bahkan dalam hal yang paling berat.
Kisah keduanya menunjukkan betapa pentingnya mendidik keluarga dalam keimanan. Seorang ayah harus menjadi teladan tauhid bagi anak-anaknya, dan anak harus diajarkan tunduk kepada Allah sejak dini.
Kurban: Lambang Pengorbanan Demi Tauhid
Ketika kita menyembelih hewan kurban, itu simbol dari komitmen untuk menyembelih nafsu duniawi. Ini juga bentuk solidaritas sosial, karena daging kurban dibagikan kepada fakir miskin, keluarga, dan tetangga.
Rasulullah bersabda:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ
Artinya: “Tidak ada amal anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah selain menumpahkan darah (hewan kurban).” (HR. Tirmidzi)
Radarseluma.disway.id - Idul Adha adalah momen emas untuk menyucikan hati dan menguatkan tauhid. Ia bukan sekadar ibadah lahiriah, tapi sarat makna batiniah: ketaatan, pengorbanan, dan keikhlasan. Lewat kisah agung Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, kita diajarkan bahwa cinta kepada Allah harus di atas segalanya. Menyembelih hewan kurban bukan tujuan akhir, tetapi alat untuk mencapai Ketaqwaan.
Mari jadikan Idul Adha bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tapi sebagai momentum perubahan spiritual. Kita sembelih kesombongan, keangkuhan, dan ketidakpedulian sosial. Kita hidupkan kembali nilai tauhid dalam rumah tangga, masyarakat, dan bangsa.
Semoga setiap darah yang menetes dari hewan kurban kita, menjadi saksi penguatan tauhid kita kepada Allah Swt. dan menjadi sebab turunnya rahmat, keberkahan, dan ampunan di hari nan suci ini. (djl)
Sumber: