Tumbuhkan Rasa Syukur dalam Setiap Keadaan di Dzulqa’dah
Radarseluma.disway.id - Tumbuhkan Rasa Syukur dalam Setiap Keadaan di Dzulqa’dah--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Bulan Dzulqa'dah, bulan yang penuh dengan keberkahan, merupakan waktu yang tepat bagi umat Islam untuk merenung dan berintrospeksi. Syukur adalah salah satu sikap yang paling dianjurkan dalam Islam. Rasa syukur menjadi pendorong bagi seorang Muslim untuk terus berusaha berbuat baik dalam segala kondisi. Tumbuhnya rasa syukur dalam setiap keadaan, baik ketika mendapat kebahagiaan maupun ujian hidup, adalah wujud dari keimanan yang tinggi kepada Allah. Dalam bulan Dzulqa’dah, yang merupakan bagian dari empat bulan haram, kita diingatkan untuk memperbanyak amal baik dan meningkatkan kualitas iman kita.
Syukur dalam Islam bukan hanya soal mengucapkan terima kasih ketika diberi nikmat, tetapi juga bersabar dan menerima ujian dengan lapang dada. Artikel ini akan menguraikan bagaimana tumbuhkan rasa syukur dalam setiap keadaan, baik dalam kondisi bahagia maupun dalam kesulitan, berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan Hadits, serta penjelasan para ulama.
1. Syukur kepada Allah sebagai Salah Satu Perintah Utama dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an banyak menyebutkan perintah untuk bersyukur kepada Allah. Syukur adalah cara kita mengakui dan menghargai segala nikmat yang diberikan-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang mana berbunyi:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menjelaskan bahwa syukur akan mendatangkan tambahan nikmat dari Allah, sedangkan kufur nikmat hanya akan mendatangkan azab. Dengan kata lain, syukur menjadi sarana untuk memperbanyak berkah dalam hidup kita.
Dalam kondisi apapun, baik bahagia ataupun sedang menghadapi ujian, seorang Muslim diwajibkan untuk tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah. Syukur dapat berupa pengakuan lisan, seperti mengucapkan "Alhamdulillah," serta dalam bentuk amal perbuatan, seperti melakukan kebaikan kepada sesama, mengingat Allah, dan menjaga kesucian hati.
BACA JUGA:Menata Ulang Keuangan Keluarga dengan Prinsip Syariah
2. Rasa Syukur dalam Kondisi Bahagia
Sebagai umat yang beriman, kita diajarkan untuk bersyukur dalam segala keadaan, termasuk ketika kita diberi nikmat dan kebahagiaan. Syukur dalam kondisi bahagia mengandung makna bahwa kita harus menyadari bahwa kebahagiaan yang kita rasakan adalah pemberian dari Allah yang Maha Pemurah. Nikmat tersebut tidaklah datang begitu saja, melainkan atas kehendak Allah semata.
Syukur dalam kondisi bahagia tidak hanya cukup dengan ucapan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan yang sesuai dengan ajaran agama. Salah satu hadits Rasulullah SAW yang menunjukkan pentingnya bersyukur dalam keadaan bahagia adalah sebagai berikut sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Tirmidzi yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ"
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah." (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa syukur terhadap nikmat Allah juga harus tercermin dalam hubungan sosial kita dengan sesama manusia. Ketika kita diberikan kemudahan, rezeki, atau kebahagiaan, salah satu bentuk syukur yang nyata adalah dengan berbagi dan memberi manfaat kepada orang lain.
3. Syukur dalam Kondisi Ujian
Tidak hanya ketika diberi nikmat, rasa syukur juga harus hadir dalam setiap ujian hidup. Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 286 yang mana berbunyi:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Ini menunjukkan bahwa setiap ujian yang diberikan oleh Allah adalah sesuatu yang dapat kita hadapi, meskipun terkadang terasa berat. Ujian adalah cara Allah untuk menguji kesabaran dan keimanan kita. Dalam menghadapi ujian, kita harus bersyukur karena ujian itu adalah jalan bagi kita untuk bertumbuh dalam ketakwaan.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersyukur dalam kesulitan dengan sabar dan tawakal. Salah satu Hadits yang menguatkan hal ini adalah sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Muslim yang mana berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَٰلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ"
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, seluruh urusannya adalah baik, dan itu tidak terjadi kecuali pada orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kebahagiaan, dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Jika dia mendapatkan kesulitan, dia bersabar, dan itu juga baik untuknya.” (HR. Muslim)
Hadits ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka, seorang Muslim harus tetap bersyukur dan sabar, karena keduanya akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya.
BACA JUGA:Menjaga Waktu dari Kesia-siaan: Target Harian Ibadah di Dzulqa’dah
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bulan Dzulqa’dah adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, salah satunya dengan memperbanyak rasa syukur. Syukur adalah bentuk pengakuan kita atas nikmat yang Allah berikan dalam hidup ini. Ketika dalam kondisi bahagia, syukur kita dapat diwujudkan dengan berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Di sisi lain, ketika menghadapi ujian hidup, syukur kita muncul dalam bentuk sabar dan tawakal, serta berusaha mengambil hikmah dari setiap ujian yang datang.
Syukur bukan hanya ucapan lisan, tetapi harus tercermin dalam perilaku kita sehari-hari, baik dalam berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Semoga kita bisa menumbuhkan rasa syukur dalam setiap keadaan, menjadikannya sebagai amal ibadah yang terus mengalirkan keberkahan dalam hidup kita, terlebih di bulan yang mulia ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk lebih banyak bersyukur dalam segala keadaan, baik itu saat dilimpahi nikmat atau dalam menghadapi ujian hidup. Marilah kita jadikan bulan Dzulqa’dah sebagai momentum untuk memperbaiki diri, memperbanyak ibadah, dan selalu mengingat bahwa syukur adalah kunci dari kebahagiaan dan kesuksesan sejati. (djl)
Sumber: