Menutup Bulan Syawal dengan Iman yang Lebih Kokoh

Menutup Bulan Syawal dengan Iman yang Lebih Kokoh

Radarseluma.disway.id: Menutup Bulan Syawal dengan Iman yang Lebih Kokoh--

Reporter: Juli Irawan 

Rasarseluma.disway.id - Bulan Syawal merupakan kelanjutan dari bulan Ramadhan yang penuh berkah. Setelah satu bulan penuh berpuasa, memperbanyak ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, kita tiba di bulan Syawal dengan harapan membawa perubahan dalam diri. Bulan Syawal bukan hanya tentang merayakan Idul Fitri, tetapi juga tentang meneguhkan dan memperkokoh keimanan yang telah ditempa selama Ramadhan. Sebagaimana seseorang yang telah menjalani pelatihan, bulan Syawal adalah saat untuk mempertahankan hasil latihan itu, agar iman semakin kuat, bukan kembali melemah.

Memaknai Syawal: Bulan Kenaikan Spiritual

Kata "Syawal" berasal dari kata "syāla" (شَالَ) yang artinya "menaikkan" atau "meningkatkan". Ini isyarat bahwa setelah Ramadhan, seorang Muslim harus meningkatkan kualitas imannya. Rasulullah SAW menekankan pentingnya melanjutkan amal setelah Ramadhan, sebagaimana dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Muslim yang mana berbunyi: 

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَامَ رَمَضَانَثُمّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِم

Artinya:
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa bulan Syawal bukan sekadar masa santai pasca-Ramadhan, melainkan momentum untuk melanjutkan amal shalih, menambah iman, dan memperkuat komitmen kepada Allah.

BACA JUGA:Menjaga Spirit Ramadhan hingga Akhir Syawal dan Seterusnya

Dalil Al-Qur'an tentang Kebutuhan Menguatkan Iman

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 14 yang berbunyi: 

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya:
Orang-orang Arab Badui itu berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah (wahai Muhammad), "Kalian belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah berserah diri,' karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian. Dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal kalian. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 14)

Penjelasan ayat ini mengajarkan bahwa iman tidak cukup hanya diucapkan, tetapi harus benar-benar tertanam dalam hati dan dibuktikan dengan ketaatan. Bulan Syawal adalah kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ibadah di bulan Ramadhan tidak berakhir menjadi seremonial sesaat, melainkan mengakar menjadi karakter seorang mukmin sejati.

Menjaga Konsistensi Amal Setelah Ramadhan

Salah satu tanda diterimanya amal ibadah adalah dilanjutkannya amal shalih setelah Ramadhan berakhir. Ulama berkata,
"Balasan dari sebuah kebaikan adalah kebaikan berikutnya."

Allah SWT juga memerintahkan kita untuk selalu istiqamah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 112 yang berbunyi: 

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير

Sumber:

Berita Terkait