Puskesmas Ilir Talo Bantah Penolakan Rujukan Pasien, Kepala Puskesmas: “Rujukan Tetap Kami Keluarkan”
Radarseluma.disway.id - Puskesmas Ilir Talo Bantah Penolakan Rujukan Pasien, Kepala Puskesmas: “Rujukan Tetap Kami Keluarkan”--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id – Polemik pelayanan Kesehatan kembali menyedot perhatian publik di Kabupaten Seluma. Setelah sebelumnya ramai diberitakan dugaan penolakan rujukan pasien anak oleh pihak Puskesmas Ilir Talo, kini pihak Puskesmas angkat bicara. Kepala Puskesmas Ilir Talo, Masriati PL, S.Tr.Keb, dengan tegas membantah adanya penolakan rujukan, sekaligus meluruskan duduk perkara yang sebenarnya terjadi.
Menurut Masriati, informasi yang beredar sebelumnya tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta di lapangan. Ia menjelaskan bahwa memang ada permintaan rujukan dari pihak keluarga pasien, tetapi prosesnya tidak dilakukan sebagaimana prosedur yang berlaku.
“Kami tegaskan, tidak benar Puskesmas Ilir Talo menolak rujukan pasien. Rujukan tetap kami keluarkan, hanya saja permintaan yang disampaikan lewat WhatsApp bukan atas nama anak bernama Bintang, melainkan atas nama ibunya, Sutra Lastri. Dan perlu diketahui, Sutra Lastri sendiri memang sedang mengalami keluhan sakit gigi yang sangat dengan Bintang, sehingga rujukan tersebut sah dan sesuai kondisi kesehatan pasien,” ujar Masriati saat dikonfirmasi wartawan.
Masriati menuturkan bahwa pihak keluarga pasien mengajukan permintaan rujukan tidak secara langsung di Puskesmas, melainkan melalui aplikasi WhatsApp. Padahal, sesuai regulasi, pasien yang hendak meminta rujukan seharusnya datang langsung ke Puskesmas agar dapat diverifikasi kondisi kesehatannya.
Namun demikian, pihak Puskesmas Ilir Talo berusaha tetap melayani dan tidak serta-merta menolak. Atas dasar komunikasi tersebut, petugas Prace mengeluarkan surat rujukan, meski data yang tertera berbeda dari yang dimaksudkan keluarga pasien.
“Rujukan kami keluarkan atas nama Sutra Lastri, karena memang data yang masuk ke sistem kami adalah nama beliau, bukan Bintang. Hal ini bukan kesalahan prosedur yang disengaja, melainkan konsekuensi dari cara permintaan yang tidak sesuai aturan. Jika pasien datang langsung, tentu rujukan bisa dipastikan sesuai dengan nama yang bersangkutan,” jelasnya.
BACA JUGA:Puskesmas Ilir Talo Diduga Tolak Berikan Rujukan ke Pasien, Orang Tua Pasien Kecewa Berat
Untuk meluruskan pemberitaan, Masriati menambahkan bahwa alasan dikeluarkannya rujukan atas nama Sutra Lastri bukan tanpa dasar. Sebab, Sutra Lastri memang tercatat sedang mengalami keluhan sakit gigi yang sama dengan pasien Bintang dan membutuhkan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan.
“Jadi tidak benar jika disebut rujukan atas nama Sutra Lastri itu salah sasaran. Beliau memang sakit gigi dan berhak mendapatkan rujukan. Hanya saja, memang berbeda dengan yang dikeluhkan keluarga, karena mereka ingin rujukan atas nama Bintang,” katanya.
Dengan demikian, kata Masriati, munculnya perbedaan nama pasien bukan karena penolakan, melainkan karena adanya dua pasien dalam satu keluarga yang sama-sama mengalami keluhan kesehatan gigi.
Salah satu poin yang paling ramai dibicarakan adalah dugaan pernyataan petugas Prace yang menyebut “Poli Gigi Puskesmas Ilir Talo tidak bekerjasama dengan BPJS”. Menanggapi hal ini, Masriati membantah keras bahwa pernyataan tersebut berasal dari pihaknya.
“Itu tidak benar. Kami tidak pernah menyampaikan pernyataan seperti itu. Memang benar di Puskesmas Ilir Talo tidak ada dokter gigi, tetapi bukan berarti layanan gigi tidak ditanggung BPJS. Semua layanan kesehatan yang sesuai regulasi tetap dijamin oleh BPJS, termasuk pelayanan gigi. Jadi jelas sekali tuduhan itu tidak sesuai dengan fakta,” tegasnya.
Masriati mengingatkan masyarakat bahwa rujukan pasien adalah dokumen penting yang menyangkut data medis, sehingga tidak bisa sembarangan dibuat. Itulah sebabnya regulasi mengatur bahwa permintaan rujukan harus dilakukan secara langsung dengan membawa pasien ke fasilitas kesehatan tingkat pertama.
“Prosedur ini bukan untuk mempersulit, tetapi untuk memastikan data akurat dan pelayanan tepat sasaran. Kalau masyarakat meminta lewat WhatsApp tanpa menghadirkan pasien, maka risiko terjadi kesalahpahaman akan sangat besar, seperti kasus ini,” terangnya.
Sumber: