Makna Idul Fitri: Kembali ke Fitrah Laksana Bayi Baru Lahir

Makna Idul Fitri: Kembali ke Fitrah Laksana Bayi Baru Lahir

Radarseluma.disway.id - Makna Idul Fitri: Kembali ke Fitrah Laksana Bayi Baru Lahir--

Radarseluma.disway.id - Idul Fitri merupakan hari yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh Dunia. Perayaan ini tidak hanya bermakna sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah Puasa di bulan Suci Ramadan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam, yaitu kembali kepada fitrah. Kata "Idul Fitri" sendiri berasal dari dua kata, yaitu "Id" yang berarti kembali dan "Fitri" yang berarti suci atau bersih. Dengan demikian, Idul Fitri dapat dimaknai sebagai kembalinya Manusia kepada kesucian setelah menjalani latihan spiritual selama bulan Suci Ramadhan.

Makna kembali ke fitrah ini mengandung dimensi spiritual, sosial, dan moral yang mendalam. Tidak hanya sekadar kembali kepada keadaan suci, tetapi juga kembali kepada sifat dasar manusia yang penuh dengan kebaikan, ketaqwaan, serta menjalin hubungan harmonis dengan sesama manusia dan Allah SWT.

BACA JUGA:Tanda-Tanda Keberhasilan Ramadhan Pasca Kita Telah Satu Bulan Berpuasa

Makna Kembali ke Fitrah dalam Islam

Fitrah dalam Islam mengacu pada keadaan alami manusia yang suci dan bersih sebagaimana ia diciptakan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 30 Allah berfirman yang mana berbunyi: 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), sesuai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (QS. Ar-Rum: 30)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, yaitu suci dan cenderung kepada kebaikan. Namun, dalam perjalanan hidupnya, Manusia sering kali terpengaruh oleh lingkungan dan hawa nafsu sehingga menyimpang dari fitrah aslinya. Oleh karena itu, Idul Fitri merupakan momentum bagi umat Islam untuk kembali kepada kesucian hati dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

BACA JUGA:Malam Terakhir Ramadhan: Langit, Bumi, dan Malaikat Menangis & Bersedih ini Penyebabnya

Idul Fitri sebagai Momentum Pembersihan Diri

Puasa Ramadan berfungsi sebagai latihan spiritual untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa ibadah puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga bertujuan untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan berakhirnya Ramadhan dan datangnya Idul Fitri, diharapkan setiap Muslim telah mencapai pembersihan diri sehingga kembali kepada fitrah yang suci.

BACA JUGA:Renungan Malam Takbiran: Introspeksi Diri untuk Menjadi Lebih Baik Setelah Ramadhan

Dimensi Sosial Idul Fitri

Selain dimensi spiritual, Idul Fitri juga memiliki aspek sosial yang sangat penting. Salah satunya adalah kewajiban membayar Zakat fitrah. Zakat fitrah berfungsi sebagai penyucian diri dan penyempurna ibadah puasa. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Hadits Abu Dawud dan Ibnu Majah yang berbunyi: 

طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ

Artinya: "Zakat fitrah itu sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan keji serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Dengan membayar Zakat fitrah, seorang Muslim membantu meringankan beban kaum fakir dan miskin sehingga mereka juga dapat merasakan kebahagiaan di hari raya. Ini mencerminkan nilai solidaritas dan kepedulian sosial dalam Islam.

Selain itu, Idul Fitri juga menjadi momen untuk saling bermaafan dan mempererat tali silaturahmi. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak luput dari kesalahan, baik kepada Allah SWT maupun sesama Manusia. Oleh karena itu, di hari yang suci ini, umat Islam dianjurkan untuk saling memaafkan agar kembali kepada keadaan yang bersih dan suci.

BACA JUGA:Meskipun Ramadhan Pergi, Semangat Ibadah Tetaplah Harus Menyala

Dari penjelasan diatas maka dapatlah kita simpulkan bahwa Idul Fitri bukan sekadar perayaan setelah sebulan berpuasa, tetapi lebih dari itu, merupakan momentum untuk kembali kepada fitrah Manusia yang suci. Dengan menjalani ibadah Puasa, seorang Muslim membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah lalu, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama Manusia, serta memperkuat nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

Momentum Idul Fitri juga mengajarkan pentingnya berbagi melalui zakat fitrah serta mempererat silaturahmi dengan saling memaafkan. Dengan memahami makna mendalam dari Idul Fitri, diharapkan setiap Muslim dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai hari kemenangan, Idul Fitri seharusnya tidak hanya dirayakan dengan pakaian baru dan makanan lezat, tetapi juga dengan hati yang baru dan bersih. Kembali ke fitrah berarti kembali kepada kesucian jiwa, meningkatkan ketaqwaan, serta memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama Manusia. Dengan demikian, Idul Fitri menjadi awal yang baru bagi setiap Muslim untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih dekat dengan nilai-nilai Islam. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang kembali dalam keadaan fitrah dan mendapatkan ridha Allah SWT. Aamiin. (djl)

Sumber: