Permintaan Minyak Nabati di Dunia Meningkat, Indonesia Harus Prioritaskan Keberlanjutan Produksi Sawit

Indonesia menyumbang lebih dari 60 persen dari total produksi minyak sawit dunia--
BALI, Radarseluma.Disway.id - Permintaan minyak nabati di seluruh dunia semakin meningkat seiring bertambahnya populasi manusia, hal ini tentunya menjadi peluang bagi Indonesia untuk memenuhi permintaan tersebut. Apalagi diproyeksikan pada tahun 2050 kebutuhan minyak nabati dunia mencapai 307 juta ton.
BACA JUGA: Sidak Semua Tambang Ilegal, KDM Ingin Kembalikan Jabar Daerah Parawisata
BACA JUGA:Di Seluma Baru 2 Yayasan Terdaftar di BGN yang Lain Perlu di Kroscek Kebenarannya!
Pada 2021, tercatat total produksi sawit dunia mencapai 75,5 juta ton. Sementara Indonesia menyumbang lebih dari 60 persen dari total produksi minyak sawit dunia dan 22 persen dari total produksi minyak nabati dunia.
Peneliti dari Satuan Tugas Kelapa Sawit Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), Erik Meijaard pun mengungkapkan bahwa dunia harus bertransformasi menuju sistem produksi yang inklusif dan berkelanjutan. Termasuk aktif dalam memitigasi dampak lingkungan.
"Seiring populasi manusia yang terus meningkat, kebutuhan akan makanan bergizi mendorong peningkatan konsumsi minyak nabati. Diskusi harus fokus pada pengelolaan yang baik untuk memastikan keberlanjutan,” kata dia dalam International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) Series 2025 Day 2 di Bali Beach Convention, Bali, Kamis (13/02/2025).
Selain itu, dirinya juga menekankan bahwa tidak ada tanaman penghasil minyak yang baik atau buruk, dan dampak dari setiap tanaman penghasil minyak sangat bervariasi tergantung pada skala produksi, perdagangan, dan konsumsi, serta konteks tata kelola, dan peraturan masing-masing.
BACA JUGA: Usai Pelantikan, Para Kada Retreat 8 Hari, Paripurna Sertijab Bupati Menyesuaikan
BACA JUGA:Tafsir Ayat 7 - 8 Surat Al-Bayyinah Part Empat (Tamat)
Untuk memperkuat inovasi dan ketahanan rantai pasok global, pemerintah dan pelaku usaha perlu bekerja sama secara proaktif dan fokus pada berbagai nilai. Jadi, bukan hanya pada hal-hal seperti pasokan pangan dunia, perubahan iklim, atau ketahanan energi.
Sumber: