Studi Terbaru oleh GBG dan Chartis Research, Ungkap Ancaman Sektor Keuangan Asia dan Dorongan untuk Teknologi
GBG adalah pakar terkemuka dalam identitas global dan lokasi--
Menyeimbangkan keamanan dengan kepercayaan nasabah seiring peningkatan penerapan digital
Yang mengejutkan, 97% responden mengakui adanya kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara keamanan dan pengalaman nasabah, dengan jumlah yang signifikan sebesar 79% yang menganggapnya sebagai rintangan yang sesungguhnya. Hal ini mencerminkan dorongan pesat untuk penerapan digital di seluruh Asia dengan pembayaran waktu nyata yang menjadi andalan saat ini, yang otomatis meningkatkan kerentanan terhadap penipuan baik bagi institusi keuangan maupun nasabahnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi ini untuk memastikan langkah keamanan yang kuat telah dilaksanakan untuk menyediakan pengalaman nasabah yang lebih terjamin, untuk mempertahankan kepercayaan nasabah.
BACA JUGA: Kematian Pemimpin Militer Hamas Mohammed Deif Dipastikan Israel
Sistem legasi menimbulkan disrupsi terhadap deteksi penipuan yang akurat, tetapi sebagian besar organisasi memiliki beberapa platform untuk mengonsolidasikan penipuan ke dalam satu platform
Tipologi yang mendeteksi penipuan yang lebih baru dan lebih rumit dengan akurat akan memerlukan pendekatan multilapis yang mengintegrasikan teknik deteksi anomali tradisional dengan beberapa pendekatan yang lebih canggih seperti jaringan neural. Namun, kehadiran sistem legasi dan teknologi menjadikannya lebih sulit untuk mencerna dan menggunakan data tambahan dalam praktik penipuan yang sudah ada, dengan 64% yang menyebut hal ini sebagai alasan utama untuk tingkat positif palsu yang tinggi. Persoalan ini diperburuk dengan fakta bahwa organisasi sudah terganggu oleh data yang buruk, yaitu suatu sentimen yang disampaikan oleh lebih dari setengah responden (52%).
Yang membesarkan hati adalah organisasi bersikap proaktif dalam menangani persoalan ini, dengan 88% responden yang sudah memiliki sebuah platform yang terkonsolidasi yang memungkinkan pertukaran dan pembagian data, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi risiko mereka terpapar terhadap penipuan dan kejahatan keuangan yang berpotensi terjadi.
Investasi teknologi proaktif merupakan prioritas
Secara tradisional, bank dan lembaga keuangan di Asia berfokus pada perekrutan staf untuk mengatasi kesenjangan dalam deteksi penipuan. Namun, studi menemukan bahwa organisasi ini akan meningkatkan investasi mereka dalam pembelajaran mesin (machine learning/ML) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) pada tahun-tahun mendatang (16% pada 2023-24 menjadi 68% pada 2025-26), yang menunjukkan pergeseran dari deteksi anomali tradisional menjadi kapabilitas yang terotomatisasi, yang bisa menangani lebih banyak tugas rumit. Pergeseran ini bertujuan untuk mengurangi beban staf dan biaya organisasi yang tinggi, sambil meningkatkan efisiensi deteksi penipuan.
Sumber: