Pengembangan Hutan Kemasyarakatan, Pemda Gandeng Warsi dan Walhi

 Pengembangan Hutan Kemasyarakatan, Pemda Gandeng Warsi dan Walhi

Bupati dan DLH Bengkulu Selatan melakukan diskusi lingkungan hidup--

 

 

BENGKULU SELATAN, Radar Seluma.Disway.Id,  -  Saat ini Pemda bengkulu Selatan dan Komunitas Konservasi Indonesia WARSI (KKI WARSI) sedang mengembangkan Model Community PES (Payment for Ecosystem Service) di Desa Air Tenam Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. 

 

Program Perhutanan Sosial di Air Tenam yang terdiri dari skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) masih membutuhkan dukungan para pihak, agar tujuan untuk melestarikan Hutan dan mensejahterakan masyarakat dapat terwujud. Salah satu dukungan yang dibutuhkan adalah membangun sinergi pembangunan Perhutananan Sosial, dengan menyelaraskan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. 

 

BACA JUGA:Sudah Lewat Jam 12 Malam, Gelora dan Buruh Tetap Bisa Daftarkan Bacaleg ke KPU.. Ini Alasannya!!

 

Kabag Prokol Pemkab BS Dwi Priandona MM menuturkan, bahwa KKI WARSI dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bersama dengan Bupati Gusnan Mulyadi,SE.MM serta DLKH Provinsi Bengkulu dan KPHL Bengkulu Selatan, kemarin (13/5/23), di Gedung Pola Bappeda Litbang BS mendiskusikan beberapa hal yang terkait dengan “Ekonomi Pemulihan dan Pembayaran Berbasis Hasil, Peluang dan Tantangan".

 

Dikatakan Dwi, tema telah menjadi materi perbincangan serius, bukan hanya di level global tetapi juga di Indonesia yang sering dikaitkan dengan isu deforestasi dan perubahan iklim, termasuk soal manfaat keberlanjutan yang bisa diperoleh oleh masyarakat adat dan komunitas lokal dalam mengurus dan mengelola sumber-sumber penghidupannya.

 

"Sebagian area kerja, perhutanan sosial di Desa Air Tenam, masih berupa tutupan hutan yang baik. Sebagian lainnya sudah menjadi areal budidaya masyarakat, namun secara ekonomi belum memberikan hasil yang signifikan karena produktivitasnya masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kapasitas masyarakat dalam pengelolaan yang juga masih lemah. Hal ini bisa berdampak pada kondisi kualitas ekologi yang semakin rendah. Agar Kualitas ekologinya terjaga, perlu kiranya dilakukan gerakan restorasi ekosistem yang bisa dijadikan sebagai model, yang bisa dikembangkan dalam gerakan yang lebih luas,''jelas Dwi.

 

Sumber: