Terus Naik, Harga Sawit di RAM Capai Rp. 2.380/Kg

Terus Naik, Harga Sawit di RAM Capai Rp. 2.380/Kg

Plang harga sawit di RAM Desa Padang Pelasan, Kecamatan Air Periukan.--

PADANG PELASAN - Harga sawit memang tidak tetap dan selalu naik turun sesuai dengan harga beli pabrik.

 

Biasanya selama ini turunnya harga secara drastis dalam waktu singkat, namun naiknya harga pasti secara berangsur dan merangkak sedikit demi sedikit. 

 

Sejak awal Januari 2023 harga sawit memang bervariasi, baik toke, ram dan pabrik.

 

Terpantau oleh Radar Peluma Ram Padang Pelasan pertama beroperasi membeli sawit petani seharga Rp2.160/Kg. 

Harga ini sempat naik beberapa hari lalu turun dan naik lagi, turun lagi, dan sekarang berada pada harga tertinggi sejak operasi yaitu Rp2.380/Kg.

 

Pengawas Ram Padang Pelasan Saripudin (60 th) membenarkan kenaikan harga tersebut.

"Benar harga sawit naik saat ini di angka Rp2.380/Kg, ada kenaikan Rp100,-/kg dari beberapa minggu lalu. Ini sesuai dengan harga pabrik. Kalau harga pabrik naik, maka harga di ram kami juga naik, begitu juga sebaliknya. Harga ini sama dengan 4 ram yang bekerja sama dengan pabrik CPO PT Agra di Bengkulu Utara, yaitu Ram Babatan, Jenggalu, Padang Pelawi dan Padang Pelasan," katanya.

 

BACA JUGA:Pencuri Sawit Semakin Marak, Desa Ini Lakukan Ini

BACA JUGA: Petani Sawit Semangat, Harga TBS Tembus Rp2.260

 

Kemudian ram juga pernah mengalami kerugian. "Ram kami pernah rugi karena saat beli harganya masih tinggi dan buah lagi banyak di ram, kemudian secara tiba tiba harga di pabrik turun, terpaksa rugi. Belum lagi buah yang dibeli mentah dan dikembalikan oleh pabrik," imbuhnya.

BACA JUGA: Diterjang Badai, Pohon Sawit Timpa Rumah Warga..Ya Rusak

 

Untuk itu, lanjutnya, petani sawit agar mengawasi saat panen dan memelihara tukang panen atau dodos.

 

 "Untuk meminimalkan kerugian baik petani, toke dan ram, petani hendaknya mengawasi saat panen, agar tukang panennya tidak menurunkan buah yang mentah, karena buah mentah tidak diterima di pabrik. Kalau buah mentah juga dipanen, maka yang rugi bukan hanya toke atau ram saja melainkan petani juga rugi, sebab tukang panen tahunya buah yang dipanen, mereka kebanyakan tidak mau peduli buah itu ada yang mentah atau masak semua, begitu dipanen dia hanya peduli dengan berat timbangannya saja, sedangkan yang mentah tidak berharga, jadi ruginya di petani, kemudian buah yang di panen mentah itu seharusnya dipanen minggu berikutnya baru biisa menghasilkan uang," tutupnya.

 

Penulis : Muhammad Rasul

Sumber: