Awal Mula Terbentuknya Desa Tangga Batu

 Awal Mula Terbentuknya Desa Tangga Batu

Tokoh Desa Tangga Batu--

 

Nama Diambil dari Tangga Untuk Menuju ke Masjid

 

Desa Tangga Batu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 270, dan 860 jiwa. Mayoritas penduduk Tangga Batu sebagai petani sawah, dan kelapa sawit.

Desa ini dinamai Desa Tangga Batu bukan tanpa alasan. Informasinya nama Tangga Batu ini diambil dari sebuah tangga yang berada di pinggir sungai air Seluma. Bagaimana awal mula terbentuknya Desa Tangga Batu, berikut liputannya.

 

ANDRY DINATA - Tangga Batu 

 

Awal Desa Tangga Batu terbentuk bermula dari tiga jungku atau tiga keluarga, yang mendirikan pondok di pinggir sungai air Seluma. Seiring waktu berjalan tiga jungku inilah yang saat ini terus bekembang menjadi penduduk Desa Tangga Batu saat ini.

Sejak berdiri menjadi desa, Tangga Batu sudah melaksanakan tujuh kali pemilihan kepala desa. Desa Tangga Batu awalnya merupakan bagian dari Desa Padang Genting yang berada berdekatan.

"Diperkirakan di bawah tahun 1965 itu ada tiga jungku yang menetap dan berkebun di pinggiran air Seluma. Tiga jungku inilah yang saat ini terus berkembang. Ada tujuh buah pondok di sana, dan ditambah lagi ada satu masjid tempat beribadah," cerita Dustan tokoh masyarakat Desa Tangga Batu saat ditemui Radar Seluma di kediamannya.

Ketiga jungku yang tinggal di pinggir sungai ini hidup rukun dengan mata pencarian mencari ikan dan juga bertani. Alasan untuk tinggal di tepi sungai ini karena sungai menyediakan banyak air untuk minum dan menjadi sumber makanan bagi mereka.

Seperti diketahui, sungai telah memberikan persediaan air yang tidak terbatas. Air sungai yang tawar dan bersih juga dapat dimanfaatkan sebagai air minum.

Seiring waktu berjalan tiga jungku ini diajak untuk bergabung menjadi bagian dari Desa Padang Genting. Karena pada saat itu, saat di mana Kabupaten Seluma masih menjadi bagian dari Kabupaten Seluma, Padang Genting ingin mekar dan berdiri menjadi desa.

"Pada tahun 1965 Padang Genting ingin mekar menjadi desa. Namun saat itu ada kendala jumlah masyarakat dan luas wilayahnya belum mencukupi syarat. Lalu diajaklah tiga jungku ini tadi untuk menjadi bagian dari Desa Padang Genting, dan diajak untuk pindah dari tempat awal pinggir air Seluma pindah ke dekat jalan," sambung Dustan pria yang saat ini berumur 65 tahun.

Tahun tersebut menjadi awal pindahnya masyarakat Desa Tangga Batu dari lokasi lama menetap ke di pinggir jalan yang dulu dinamai jalan Under Afdeling Soeloma. Sembilan tahun menjadi bagian dari Desa Padang Genting tepatnya pada tahun 1974. Dan setelah jumlah masyarakatnya semakin banyak. Maka pada saat itu timbul keinginan untuk mekar menjadi desa, memisahkan diri dari Desa Padang Genting.

 

 

"Pada tahun 1974 itu Pesirah Syahri berjanji kepada masyarakat. Apabila dirinya terpilih menjadi Pesirah maka Desa Tangga Batu akan dimekarkan. Dan betul pada saat itu Pesirah Syahri terpilih, dan Tangga Batu dimekarkan menjadi desa, dan sudah tidak menjadi bagian dari Desa Padang Genting," ungkapnya.

Setelah akan dimekarkan ada usulan agar desa ini nantinya dinamai Tangga Batu. Karena mengingatkan dengan tangga untuk menuju ke masjid di dusun lama yang terbuat dari batu. Lalu masyarakat menyepakati untuk nama desa mereka adalah Desa Tangga Batu.

 

"Nama Tangga Batu ini diambil dari sebuah tangga yang memiliki tujuh tingkat, tangga ini terbuat dari batu. Tangga ini berada di pinggir sungai Air Seluma tempat awal tiga jungku asal masyarakat Tangga Batu. Tangga Batu ini merupakan tangga yang dilewati untuk menuju ke masjid yang merupakan masjid pertama di Tangga Batu. Jadi nama Tangga Batu itu memang sudah lama ada," urainya.

Kemudian pernyataan tersebut menurut Dustan diperkuat lagi dengan bukti-bukti peradaban masyarakat Tangga Batu yang hingga saat ini masih ada di dusun lama pinggir sungai Air Seluma. Seperti makam, dan juga bekas-bekas bangunan masjid di sekitar sana.

"Kalau untuk tangganya saat ini sudah tidak bisa ditemui lagi. Karena sudah tertimbun tanah. Saya masih ingat lokasinya. Belum jelas tangga itu terbentuk akibat buatan manusia, ataupun karena pengikisan air. Dulu pernah ada peneliti yang ke sana namun belum bisa mengungkap awal mula terbentuknya tangga. Untuk masjid itu masih ada bekas-bekasnya. Dan sekarang didirikan pondok oleh masyarakat pemilik lahan," demikian Dustan.(**/prw)

 

Sumber: