Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Kebersamaan dan Cinta dengan Istri-Istrinya
Radarseluma.disway.id - Rasulullah SAW: Teladan Agung dalam Kebersamaan dan Cinta dengan Istri-Istrinya--
Kepada Aisyah RA, beliau memanggil dengan sebutan “Humaira”, yang berarti “wahai yang pipinya kemerah-merahan.” Panggilan mesra ini menjadi tanda cinta dan kelembutan dalam komunikasi suami istri yang sangat indah.
Selain itu, Rasulullah SAW juga tidak segan menunjukkan rasa sayangnya di hadapan orang lain. Diriwayatkan dari Amr bin Ash RA, beliau bertanya kepada Rasulullah SAW:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيْكَ؟ قَالَ: عَائِشَةُ
Artinya: “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab: ‘Aisyah.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Jawaban Rasulullah SAW ini menunjukkan betapa beliau tidak malu mengungkapkan cinta kepada istrinya. Dalam konteks kehidupan modern, sikap seperti ini mengajarkan bahwa ekspresi cinta yang tulus dapat memperkuat hubungan dan menghindarkan rumah tangga dari kebekuan emosional.
BACA JUGA:Rasulullah SAW dan Kasih Sayangnya kepada Putra-Putrinya: Teladan Cinta Seorang Ayah Sepanjang Zaman
Keadilan Rasulullah SAW terhadap Istri-istrinya
Rasulullah SAW memiliki beberapa istri, dan beliau sangat memperhatikan keadilan di antara mereka. Keadilan tersebut bukan hanya dalam hal pembagian waktu atau nafkah, tetapi juga dalam perhatian, kasih sayang, dan penghormatan.
Beliau bersabda:
اللَّهُمَّ هَذِهِ قِسْمَتِي فِيمَا أَمْلِكُ، فَلَا تُؤَاخِذْنِي فِيمَا تَمْلِكُ وَلَا أَمْلِكُ
Artinya: “Ya Allah, inilah pembagianku terhadap apa yang aku miliki. Maka janganlah Engkau menyalahkanku terhadap apa yang Engkau miliki tetapi aku tidak mampu (yaitu rasa cinta dalam hati).” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Doa ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW senantiasa berusaha berlaku adil dalam segala hal, namun beliau juga menyadari bahwa cinta adalah urusan hati yang tidak bisa dikontrol sepenuhnya oleh manusia. Ini menjadi pelajaran penting bagi para suami agar selalu berusaha adil dan tidak mendiskriminasi istri dalam hal apa pun.
Makna Kebersamaan dalam Rumah Tangga Rasulullah SAW
Kebersamaan yang dibangun Rasulullah SAW dengan istri-istrinya bukan hanya sekadar hidup bersama di bawah satu atap, tetapi juga tentang saling mendukung dalam perjuangan dakwah dan kehidupan spiritual. Para istri beliau adalah sahabat, penopang, dan penguat dalam setiap fase kehidupan Rasulullah SAW.
Khadijah RA, misalnya, menjadi pendamping setia di masa awal kenabian, memberikan ketenangan dan dukungan moral ketika wahyu pertama turun. Aisyah RA menjadi tempat belajar umat dalam ilmu dan hadis, sedangkan Hafshah RA menjaga mushaf Al-Qur’an setelah wafatnya Rasulullah SAW. Semua ini menunjukkan bahwa kebersamaan Rasulullah SAW dengan para istri adalah sinergi antara cinta, iman, dan pengabdian kepada Allah SWT.
Kehidupan Rasulullah SAW bersama istri-istrinya adalah cerminan indah dari cinta yang berlandaskan iman dan akhlak. Beliau menjadi teladan sempurna dalam membangun rumah tangga yang penuh kelembutan, keadilan, dan kebersamaan. Setiap interaksi beliau dengan istri-istrinya sarat dengan kasih, saling menghormati, dan pengertian yang mendalam.
Dari kisah ini, umat Islam diajarkan untuk meneladani bagaimana Rasulullah SAW memuliakan wanita, menjaga keharmonisan rumah tangga, dan menanamkan nilai-nilai kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber: