Hijrah Itu Butuh Pengorbanan: Meniti Jalan Sulit Menuju Ridha Allah
Radarseluma.disway.id - Hijrah Itu Butuh Pengorbanan: Meniti Jalan Sulit Menuju Ridha Allah--
Reporter: Juli Irawan
Radarseluma.disway.id - Hijrah bukan sekadar berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi merupakan langkah besar dalam perjalanan spiritual seorang Muslim. Ia adalah perubahan total dari kehidupan yang jauh dari Allah menuju kehidupan yang dipenuhi dengan ketaatan, iman, dan ketundukan kepada-Nya. Namun, perlu disadari bahwa hijrah bukan jalan yang mudah. Ia menuntut pengorbanan baik harta, waktu, kenyamanan, maupun hubungan sosial.
Perjuangan dan pengorbanan ini telah dicontohkan secara nyata oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya ketika berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Pengorbanan dalam hijrah tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga batiniah, menguji keteguhan hati dan keikhlasan niat. Maka dari itu, setiap Muslim yang ingin hijrah secara hakiki harus bersiap untuk berkorban.
Makna Hijrah dalam Islam
Secara bahasa, hijrah berarti berpindah. Dalam konteks keislaman, hijrah memiliki dua makna:
1. Hijrah makaniyyah (fisik): berpindah tempat seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
2. Hijrah ma’nawiyyah (spiritual): berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kemaksiatan menuju ketaatan.
Rasulullah SAW bersabda:
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ
Artinya: “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari no. 10)
Hadits ini menjelaskan bahwa makna hijrah bukan hanya fisik, tapi yang lebih penting adalah meninggalkan maksiat menuju ketaatan kepada Allah.
Pengorbanan dalam Hijrah Rasulullah dan Para Sahabat
Ketika Rasulullah SAW dan para sahabat berhijrah ke Madinah, mereka meninggalkan segala yang mereka cintai. Rumah, harta benda, bahkan sanak keluarga. Sebagian sahabat seperti Abu Salamah, dipisahkan dari anak dan istrinya. Sahabat Mush’ab bin Umair, yang dulunya hidup mewah di Mekkah, rela hidup miskin demi agama. Inilah bentuk nyata pengorbanan dalam hijrah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah...” (QS. Al-Anfal: 72)
Ayat ini menunjukkan bahwa keimanan sejati tidak cukup hanya dengan keyakinan di hati, tetapi harus dibuktikan dengan tindakan nyata berupa hijrah dan jihad, termasuk pengorbanan dalam bentuk harta dan nyawa.
Hijrah Butuh Kesabaran dan Keteguhan
Hijrah tidak selalu disambut dengan kemudahan. Sebaliknya, hijrah sering diiringi dengan ujian. Orang yang baru berhijrah mungkin akan dijauhi oleh teman-temannya, kehilangan pekerjaan, atau bahkan dicemooh. Namun inilah sunnatullah. Allah menguji siapa yang benar-benar tulus dalam niat hijrahnya.
Rasulullah SAW bersabda:
أَلا إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلا إِنَّ سِلْعَةَ اللهِ الْجَنَّةُ
Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.” (HR. Tirmidzi no. 2450, hasan shahih)
Surga tidak bisa diraih dengan mudah. Butuh perjuangan. Butuh pengorbanan. Dan salah satu jalannya adalah hijrah yang sungguh-sungguh menuju Allah.
BACA JUGA:Hijrah Nabi SAW: Langkah Spiritual dan Strategis Menuju Terbentuknya Peradaban Islam
Hijrah dengan Niat yang Lurus
Hijrah harus dilandasi dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau karena dunia. Dalam hadits pertama kitab Shahih Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Orang yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka balasannya adalah pahala dari Allah. Namun jika niatnya karena dunia atau wanita, maka itu yang akan ia peroleh dan tidak ada pahala di sisi Allah.
Hijrah Butuh Nyali dan Komitmen
Hijrah bukan hal ringan. Ia butuh nyali, komitmen, dan keberanian. Ia menuntut seseorang meninggalkan zona nyaman, merelakan hal-hal yang mungkin dicintai demi sesuatu yang lebih mulia: ridha Allah dan kehidupan akhirat yang kekal. Hijrah juga bukan proses instan. Ia adalah perjalanan panjang yang penuh rintangan dan tantangan, tetapi penuh keberkahan.
Mari jadikan semangat hijrah ini sebagai momentum perubahan diri kita. Apapun bentuk hijrah kita meninggalkan kebiasaan buruk, memperbaiki akhlak, memperbanyak amal, menjauhi maksiat, atau memperbaiki hubungan dengan Allah SWT semua akan menjadi amal besar di sisi-Nya jika dilakukan dengan tulus.
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَر
Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, Kami pasti akan menempatkan mereka di dunia pada tempat yang baik. Dan sungguh, pahala di akhirat lebih besar lagi.” (QS. An-Nahl: 41)
Semoga kita termasuk golongan yang berhijrah karena Allah, dan mendapatkan tempat mulia di dunia dan akhirat. (djl)
Sumber: