Makna Filosofi Rangkaian Perjalanan Haji Bagi Umat Muslim

Makna Filosofi Rangkaian Perjalanan Haji Bagi Umat Muslim

Radarseluma.disway.id - Makna Filosofi Rangkaian Perjalanan Haji Bagi Umat Muslim--

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ

Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah.” (QS. Al-Baqarah: 158)

Sa’i mengajarkan pentingnya usaha maksimal (ikhtiar) disertai dengan tawakkal total kepada Allah.

4. Wukuf di Arafah: Simbol Hari Kiamat dan Muhasabah Diri

Wukuf di Arafah merupakan puncak ibadah haji. Di tempat ini, jutaan manusia berkumpul, tanpa mengenal status dan jabatan. Ini melambangkan hari kiamat, di mana manusia dikumpulkan untuk dihisab. Di Arafah pula setiap Muslim dianjurkan untuk bermuhasabah, mengakui dosa, dan memohon ampunan.

Rasulullah SAW bersabda:

الحج عرفة

Artinya: “Haji itu adalah (berwukuf) di Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 889)

Hari Arafah adalah hari ketika Allah turun ke langit dunia dan membanggakan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat.

5. Mabit di Muzdalifah dan Mina: Simbol Kesabaran dan Kebersamaan

Mabit di Muzdalifah dan Mina menunjukkan pentingnya kebersamaan dan pengendalian diri. Di tempat ini, umat Islam bermalam dalam kondisi sederhana, menunjukkan kesediaan untuk hidup bersahaja demi memperoleh ridha Allah.

Melempar jumrah juga memiliki filosofi mengusir godaan setan dan menguatkan komitmen untuk menjauhi maksiat. Tindakan ini merupakan simbol perlawanan terhadap segala bentuk godaan duniawi.

6. Menyembelih Hewan Kurban: Tanda Ketundukan Total kepada Allah

Menyembelih hewan qurban sebagai bagian dari ibadah haji adalah bentuk pengorbanan dan ketaatan, sebagaimana Nabi Ibrahim rela menyembelih putranya, Ismail, karena perintah Allah.

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ۝ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ۝ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا

Artinya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, Kami panggil dia: ‘Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu.’” (QS. Ash-Shaffat: 103–105)

Peristiwa ini menunjukkan bahwa keikhlasan dan pengorbanan adalah esensi utama ketaatan.

BACA JUGA:Menumbuhkan Empati Melalui Ibadah Kurban

Sumber:

Berita Terkait